Konten dari Pengguna

Perang Ambarawa: Pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
21 Oktober 2024 15:05 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perang Ambarawa, Pexels/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perang Ambarawa, Pexels/Pixabay
ADVERTISEMENT
Perang Ambarawa terjadi pada tanggal 20 Oktober hingga 15 Desember 1945. Perang ini merupakan sebuah pertempuran guna mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Perang yang terjadi pada masa transisi kemerdekaan Indonesia itu, terjadi antara pasukan TKR dan pemuda Indonesia melawan pasukan Inggris, yang merupakan sekutu Belanda.

Latar Belakang Perang Ambarawa

Ilustrasi Perang Ambarawa, Pexels/Pixabay
Sejarah mengenai Perang Ambarawa dimuat dalam sebuah rangkuman, dalam buku Sejarah 3: SMA Kelas XII Program Ilmu Sosial, Drs. Sardiman A.M, M.Pd. (2008:46-47).
Dalam buku tersebut, lengkap dijelaskan mengenai latar belakang hingga akhir pertempuran di Ambarawa.
Peristiwa perang ini dimulai dengan insiden yang terjadi di Magelang, yakni mendaratnya Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945.
Oleh pihak RI, tentara tersebut diperkenankan untuk mengurus tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang.
ADVERTISEMENT
Usut punya usut, ternyata para tentara yang datang diboncengi oleh Nederland Indische Civil Administration (NICA), dan kemudian mempersenjatai bekas tawanan itu.
Kemudian pada 26 Oktober 1945, pecah insiden Magelang yang berkembang menjadi pertempuran antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan tentara Sekutu.

Kedatangan Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell

Insiden antara TKR dan sekutu berhenti setelah kedatangan Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell di Magelang, tanggal 2 November 1945.
Kedua belah pihak mengadakan perundingan gencatan senjata dan tercapai kata sepakat yang dituangkan ke dalam 12 pasal, diantaranya sebagai berikut.
Pihak Sekutu tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi Allied Prisoners War and Internees (APWI-Tawanan Perang dan Interniran Sekutu).
Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia-Sekutu.
ADVERTISEMENT
Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawahnya. Ternyata, dalam pelaksanaan kesepakatan tersebut, pihak Sekutu ingkar janji. Kemudian terjadilah pertempuran baru.

Terjadinya Pertempuran di Ambarawa

Oleh karena keingkaran Sekutu, tanggal 20 November 1945, kembali terjadi pertempuran, kali ini lokasinya di Ambarawa. Pertempuran ini melibatkan pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu yang telah melakukan penyerangan.
Pada tanggal 21 November 1945, pasukan Sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa, di bawah lindungan pesawat tempur.
Namun, esok harinya, 22 November 1945 pertempuran berkobar di dalam kota dan pasukan Sekutu melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung yang berada di sekitar Ambarawa.
Pasukan TKR bersama pemuda dari Boyolali, Salatiga, dan Kartosuro bertahan di kuburan Belanda, sehingga membentuk garis medan sepanjang rel kereta api dan membelah kota Ambarawa.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dari arah Magelang, pasukan TKR dan Divisi V/Purwokerto yakni di bawah pimpinan Imam Adrongi melakukan serangan fajar pada tanggal 21 November 1945.
Pasukan ini memukul mundur pasukan Sekutu yang berkedudukan di desa Pingit. Pasukan Imam Adrongi berhasil menduduki desa Pingit dan juga merebut desa-desa di sekitarnya. Kemudian batalion Imam Adrongi meneruskan gerakan pengejarannya.
3 batalion lainnya yang berasal dari Yogyakarta, yaitu batalion 10 Divisi III di bawah pimpinan Mayor Suharto, batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sarjono, dan batalion Sugeng menyusul batalion Imam Androngi. Musuh akhirnya terkepung.
Pasukan Inggris tetap mencoba mematahkan pengepungan dengan mengadakan gerakan melambung dan mengancam kedudukan pasukan Indonesia dari belakang dengan tank-tanknya. Untuk mencegah jatuhnya korban, pasukan mundur ke Bedono.
ADVERTISEMENT
Dengan bantuan resimen kedua yang dipimpin M. Sarbini, batalion Polisi Istimewa yang dipimpin Onie Sastroatmodjo dan batalion dari Yogyakarta, gerakan musuh berhasil ditahan di desa Jambu.
Saat di desa Jambu para komandan mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh kolonel Holland Iskandar. Rapat itu menyepakati pembentukan komando yang disebut Markas Pimpinan Pertempuran dan bertempat di Magelang.
Sejak saat, Ambarawa dibagi atas 4 sektor, yaitu sektor Utara, sektor Selatan, sektor Barat dan sektor Timur. Kekuatan pasukan bertempur secara bergantian. Pada tanggal 26 November 1945 pimpinan pasukan TKR dari Purwokerto yaitu Letkol Isdiman gugur.

Akhir Pertempuran di Ambarawa

Dengan gugurnya Letkol Isdiman, pimpinan pasukan TKR Purwokerto dipimpin oleh Kolonel Sudirman. Situasi pertempuran tentu menguntungkan pasukan TKR.
ADVERTISEMENT
Lalu, tanggal 5 Desember 1945, musuh terusir dari Desa Banyubiru, yang merupakan garis pertahanan yang terdepan.
Pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari, pasukan TKR bergerak menuju sasaran masing-masing. Dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil mengepung musuh di dalam kota.
Pertahanan musuh yang terkuat diperkirakan berada di Benteng Willem yang terletak di tengah-tengah kota Ambarawa.
Kota Ambarawa dikepung selama 4 hari 4 malam. Musuh yang merasa kedudukannya terjepit berusaha keras untuk melakukan pertempuran.
Pada tanggal 15 Desember 1945 musuh meninggalkan kota Ambarawa dan mundur ke Semarang.
Pertempuran di Ambarawa ini mempunyai arti penting karena letaknya yang sangat strategis. Apabila musuh menguasai Ambarawa, mereka dapat mengancam 3 kota utama di Jawa Tengah, yaitu Surakarta, Magelang dan Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Dalam pertempuran itu, pasukan TKR mengalami kemenangan yang gemilang dan hal ini mengantarkan Sudirman ke pucuk pimpinan TKR dan menunjukkan bahwa Republik Indonesia masih memiliki pasukan yang kuat yaitu dari pasukan TKR.
Untuk mengenang perang Ambarawa, setiap tanggal 15 Desember, kini diperingati sebagai hari Juang Kartika. Di Ambarawa pun juga dibangun Monumen Palagan Ambarawa. (BrenF)