Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Sastrawan Masa Daulah Umayyah yang Mengarang Kisah Laila Majnun
16 Januari 2025 11:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Karya ini mengandung cerita cinta yang penuh keindahan dan tragedi, serta menjadi simbol universal tentang cinta sejati yang menghadapi berbagai rintangan.
Dalam sejarah sastra, kisah ini berhasil menciptakan jejak yang mendalam bagi peradaban Timur Tengah dan dunia.
Sastrawan Masa Daulah Umayyah yang Mengarang Kisah Laila Majnun
Sastrawan masa daulah Umayyah yang mengarang kisah Laila Majnun bernama Nizami Ganjavi.
Dikutip dari blog.uin-suka.ac.id, Nizami Ganjavi lahir pada tahun 1141 di Kota Ganja, yang sekarang menjadi bagian dari Azerbaijan. Ia adalah penyair Persia yang terkenal.
Pria ini dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung pendidikan dan pengembangan intelektualnya.
Sebagai seorang sufi, karya-karya Nizami tidak hanya mencerminkan estetika sastra, tetapi juga nilai-nilai moral, filosofi, dan spiritualitas yang mendalam.
ADVERTISEMENT
Kisah Leyli o Majnun, yang merupakan karya Nizami, menjadi salah satu puisi epik terbesar dalam sejarah.
Cerita ini berpusat pada cinta antara Qays, seorang pemuda tampan dan cerdas, dengan Layla, seorang gadis cantik dari keluarga terpandang.
Cinta mereka yang tulus sejak usia muda dihadapkan pada larangan keluarga Layla, yang tidak merestui hubungan mereka.
Akibat kegagalan dalam mencapai cintanya, Qays kehilangan akal sehat dan mengasingkan diri, hingga ia dijuluki "Majnun," yang berarti gila.
Kisah cinta ini tidak hanya tragis, tetapi juga melambangkan pengorbanan dan ketulusan yang melampaui batas-batas duniawi.
Nizami menggambarkan setiap emosi dalam cerita ini dengan sangat mendalam, sehingga pembaca dapat merasakan penderitaan, harapan, dan kerinduan para tokohnya.
Nizami mengambil inspirasi dari berbagai sumber, termasuk cerita rakyat Timur Tengah, kisah cinta nyata antara Qays bin al-Mulawwah dan Layla binti Mahdi, serta karya-karya sastra kuno seperti Metiochus and Parthenope dari Yunani.
ADVERTISEMENT
Ia mengubah cerita-cerita ini menjadi karya sastra dengan gaya puitis yang unik, menjadikan Leyli o Majnun sebagai mahakarya yang diakui secara global.
Pengaruh kisah ini tidak hanya terbatas pada dunia Timur, tetapi juga merambah ke sastra Barat.
Beberapa karya romantis terkenal, seperti Romeo and Juliet karya William Shakespeare, memiliki kemiripan dalam tema dan konflik dengan kisah Laila Majnun.
Selain itu, cerita ini terus diadaptasi dalam berbagai bentuk seni, seperti musik, film, dan teater. Di Indonesia, kisah ini bahkan diadaptasi menjadi film romantis yang dirilis pada tahun 2021.
Selain Leyli o Majnun, Nizami juga menulis karya-karya besar lainnya yang tergabung dalam kumpulan Khamsa atau Lima Harta Karun.
Di antaranya adalah Khosrow va Shirin, sebuah kisah cinta epik lainnya, dan Haft Peykar, yang menggambarkan perjalanan spiritual dan filosofis.
ADVERTISEMENT
Karya-karya ini menegaskan posisinya sebagai salah satu penyair terbesar dalam sejarah Persia.
Kisah Laila Majnun tetap menjadi warisan budaya yang tak ternilai dari masa daulah Umayyah. Pesan tentang cinta sejati yang melampaui segala rintangan terus menginspirasi banyak generasi hingga saat ini.
Sebagai kesimpulan, sastrawan masa daulah Umayyah yang mengarang kisah Laila Majnun telah menciptakan karya yang abadi, memperkaya dunia sastra, dan menyampaikan nilai-nilai universal yang relevan hingga kini. (Shofia)