Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Sejarah Angpao, Tradisi Memberi saat Imlek
24 Januari 2025 12:47 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Diketahui bahwa salah satu ciri khas dalam perayaan Imlek adalah angpao. Dikutip dari situs student-activity.binus.ac.id, angpao umumnya diberikan kepada anak-anak atau generasi muda yang belum menikah.
Sejarah Angpao
Dikutip dari situs student-activity.binus.ac.id, dalam sejarah angpao , pemberian angpao telah dilakukan sejak zaman Dinasti Qin (sekitar 221-206 SM).
Pada saat itu, angpao berupa koin berlubang yang diikat dengan benang merah dan disebut dengan yā sui qián yang berarti uang keberuntungan untuk mengusir roh jahat.
Diketahui dahulu orang tua memberi anak-anak yā sui qián agar terhindar dari kesialan. Seiring dengan berjalannya waktu, koin dan benang merah berubah menjadi uang yang disimpan dalam angpao.
Tradisi memberi angpao kepada anak-anak saat perayaan Imlek sebenarnya berawal dari kisah iblis jahat yang bernama Sui. Dikutip dari situs binus.ac.id, legenda mengatakan pada zaman dahulu ada setan kecil berbadan hitam dan bertangan putih bernama Sui.
ADVERTISEMENT
Sui diketahui keluar untuk menyakiti orang-orang pada malam tahun baru setiap tahun. Sui menyentuh kepala anak yang sedang tidur sebanyak 3 kali dengan tangannya dan anak itu menangis ketakutan kemudian demam dan mulai berbicara dalam tidurnya.
Setelah beberapa hari, demamnya mereda tetapi anak yang semua pintar berubah menjadi anak bodoh dan gila.
Dalam sejarah angpao, masyarakat takut roh jahat akan menyakit anak-anak sehingga memilih untuk menyalakan lampu dan duduk sepanjang malam tanpa tidur yang disebut dengan ‘menjaga diri dari roh jahat’.
Di Jiāxìng, ada sebuah keluarga yang bernama Guan dan memiliki seorang putra di usia tua yang dianggap anak kesayangan. Pada malam tahun baru, pasangan Guan takut roh jahat akan menyakiti anaknya jadi pasangan tersebut memaksa anaknya untuk bermain.
ADVERTISEMENT
Anak itu lalu membungkus 8 koin tembaga dengan kertas merah, membukanya lalu membungkusnya lagi dan memainkannya hingga dia tidur. Dia kemudian meletakkan 8 koin tembaga itu di samping bantalnya.
Pasangan Guan tidak berani memejamkan mata dan tetap berada di sisi anaknya sepanjang malam. Ketika waktu menginjak tengah malam, embusan angin bertiup membuka pintu dan meniup lampu.
Saat pria kulit hitam pendek menyentuh kepala anak itu dengan tangan putihnya, cahaya terang muncul di samping bantalnya. Roh jahat itu dengan cepat menarik tangannya dari anak tersebut dan berlari sambil berteriak.
Pasangan Guan lantas menceritakan kepada semua orang kejadian tersebut.
Karena itu, semua orang juga belajar membungkus 8 koin tembaga dengan kertas merah dan memberikannya kepada anak-anak untuk diletakkan di samping bantal setelah makan malam Imlek.
ADVERTISEMENT
Benar saja, roh jahat itu tidak pernah berani menyakiti kaum anak lagi. Ternyata 8 koin tembaga tersebut diubah oleh 8 Dewa Abadi yang secara diam-diam membantu anak tersebut menakuti roh jahat.
Oleh sebab itu, orang-orang menyebut uang ini sebagai ‘uang untuk mengusir roh jahat. Karena ‘祟’ (sui) dan ‘岁’ (sui) merupakan homofon, maka uang ini disebut 压岁钱 (yāsuiqián) atau angpao seiring berjalannya waktu.
Sejarah angpao mencerminkan nilai-nilai kedermawanan, harapan, dan kebahagiaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Dengan terus melestarikan tradisi ini, masyarakat ikut menjaga makna mendalam yang terkandung dalam setiap amplop merah tersebut. (Mey)