Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Sejarah Ayam Geprek dan Perkembangannya di Indonesia
23 Maret 2025 22:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sejarah ayam geprek berawal dari daerah Jawa, khususnya Yogyakarta, yang dikenal dengan kuliner pedasnya.
ADVERTISEMENT
Ayam geprek cepat menjadi salah satu makanan favorit di kalangan masyarakat Indonesia.
Artikel ini akan membahas bagaimana ayam geprek muncul, berkembang, hingga populer di berbagai daerah di Indonesia.
Asal Usul Ayam Geprek
Sejarah ayam geprek bermula di Kota Yogyakarta, hasil kreasi Ruminah atau dikenal sebagai Bu Rum.
Berdasarkan web p2k.stekom.ac.id, pada tahun 2003, Bu Rum awalnya menjual lotek, soto, dan ayam goreng tepung di warung makannya.
Ia kemudian diminta oleh seorang mahasiswa asal Kudus untuk menambahkan sambal ulek di atas ayam goreng tepungnya dan melumatkannya menggunakan ulekan.
Hidangan ayam goreng tepung yang dilumat bercampur sambal ini awalnya sempat pula disebut sebagai "ayam ulek" atau "ayam gejrot".
Ini menunjukkan bagaimana kombinasi sederhana dapat melahirkan inovasi kuliner yang disukai banyak orang.
ADVERTISEMENT
Perkembangan Ayam Geprek
Sejarah ayam geprek menjadi lebih menarik ketika hidangan ini mulai mendapatkan popularitas di Indonesia sekitar tahun 2017.
Mulai banyak restoran yang turut menyajikan hidangan ini dengan berbagai variasi sambal dan penyajian.
Geprek adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti "dipukul", "ditekan", atau "dilumatkan", maka ayam geprek berarti "ayam yang dipukul".
Makanan ini dengan cepat menjadi tren, terutama di kalangan anak muda dan mahasiswa, yang menyukai cita rasa pedas dan harganya yang terjangkau.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Kepopuleran ayam geprek tidak hanya berdampak pada selera kuliner, tetapi juga dalam aspek sosial dan ekonomi.
Banyak pengusaha kecil bermunculan dengan membuka usaha ayam geprek.
Ini memberikan peluang kerja bagi masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda yang ingin berwirausaha.
ADVERTISEMENT
Adanya variasi dalam penyajian, seperti penambahan keju, telur, dan sayuran, semakin memperluas pangsa pasar ayam geprek.
Konsumen kini bisa menikmati hidangan ini di berbagai restoran, dari warung kecil hingga restoran mewah.
Penetrasi Media dan Digital
Di era digital, sejarah ayam geprek juga dipengaruhi oleh teknologi dan media sosial.
Banyak pengusaha memanfaatkan platform media sosial untuk mempromosikan usaha mereka.
Foto-foto menarik dan video memasak ayam geprek menjadi viral dan menarik perhatian konsumen.
Kemudahan dalam pemesanan online juga memudahkan banyak orang untuk menikmati ayam geprek tanpa harus pergi ke restoran. Hal ini memberikan kemudahan bagi pengguna dan meningkatkan penjualan bagi pelaku usaha.
Kesadaran akan Kualitas
Dengan semakin banyaknya penjual ayam geprek, muncul kesadaran akan pentingnya kualitas bahan baku. Pelanggan kini lebih memilih ayam geprek yang dibuat dari bahan-bahan segar dan berkualitas.
ADVERTISEMENT
Para pengusaha pun mulai berinovasi untuk meningkatkan daya saing melalui pengolahan yang baik dan penyajian yang menarik.
Kurangnya standar baku membuat konsumen lebih selektif dalam memilih tempat untuk membeli ayam geprek.
Ayam geprek tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga cerminan kreativitas dan dinamika industri kuliner Tanah Air.
Dengan memahami sejarah ayam geprek, diketahui bahwa makanan ini merupakan perjalanan kuliner yang cepat berkembang di Indonesia. (Haris)
Baca juga: Resep Ayam Geprek Saus Keju Kaya Rasa