news-card-video
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Sejarah Gedung Marabunta Semarang, Panggung Opera yang Jadi Cagar Budaya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
3 Maret 2025 18:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah Gedung Marabunta. Pixabay/Astama81.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah Gedung Marabunta. Pixabay/Astama81.
ADVERTISEMENT
Sejarah Gedung Marabunta mencerminkan kekayaan budaya dan jejak kolonial di Kota Semarang. Gedung yang terletak di Jalan Cendrawasih No. 23 ini cukup unik dan menonjol dengan dua patung semut merah raksasa di atapnya.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Jurnal Kajian Ikonografi pada Gedung Marabunta di Semarang, Lois Debora Sudarmono (2014), Gedung Marabunta awalnya dikenal sebagai Schouwburg yang dalam bahasa Belanda berarti gedung pertunjukan atau teater kota.
Fungsi utamanya adalah sebagai tempat hiburan bagi warga Eropa yang menetap di Semarang. Pada masa kolonial, gedung ini sering digunakan untuk menampilkan berbagai pertunjukan seni seperti teater, musik, dan tari.

Sejarah Gedung Marabunta

Ilustrasi sejarah Gedung Marabunta. Pixabay/Astama81.
Sejarah Gedung Marabunta dapat dilihat sejak masa kependudukan Hindia Belanda di Indonesia, khususnya di kota Semarang. Belum diketahui secara pasti tahun berdirinya bangunan ini.
Namun, beberapa sumber menyebutkan bangunan ini mulai berdiri sejak dibongkarnya benteng Kota Lama Semarang pada tahun 1824.
Pada masa kejayaannya, Schouwburg menjadi pusat hiburan yang menampilkan berbagai jenis pertunjukan, termasuk Komedie Stamboel—sebuah sandiwara keliling bergaya Istanbul yang populer di Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT
Selain itu, gedung ini juga menjadi panggung bagi musisi dan penari terkenal pada masanya. Gedung ini pernah memiliki seorang penari terkenal dengan nama panggung Mata Hari.
Penari ini memiliki keterampilan dalam mengkreasikan tarian balet klasik dengan tarian tradisional Jawa. Akan tetapi penari ini dihukum mati di dalam gedung karena dianggap sebagai mata-mata Jerman pada masa Perang Dunia I.
Setelah Indonesia merdeka, Gedung Marabunta mengalami masa-masa sulit karena masyarakat Eropa sudah meninggalkan Indonesia. Pada tahun 1956, Yayasan Empat Lima mengambil alih gedung ini dan meresmikannya sebagai markas pada 29 Agustus 1956.
Namun, karena faktor usia dan bencana air rob, bangunan Schouwburg pun roboh pada 1994. Meskipun demikian, upaya restorasi telah dilakukan untuk menjaga keaslian dan fungsi bangunan sebagai cagar budaya.
ADVERTISEMENT

Arsitektur dan Keunikan Gedung Marabunta

Ilustrasi sejarah Gedung Marabunta. Pixabay/Urbextrav.
Gedung Marabunta merupakan bangunan satu lantai dengan atap berbentuk teras yang memiliki kubah. Pintu masuknya terdiri dari tiga pintu berukuran panjang dan tinggi dengan jendela besar di sisi kanan dan kirinya.
Gaya arsitekturnya merupakan perpaduan antara arsitektur Barat dan Jawa yang mencerminkan akulturasi budaya yang terjadi pada masa itu.
Keunikan utama gedung ini terletak pada dua patung semut merah raksasa yang menghiasi atapnya. Kata "Marabunta" sendiri merujuk pada jenis semut karnivora asal Afrika yang terkenal dengan kebuasannya.
Semut-semut ini tidak memiliki sarang tetap dan dikenal karena perilaku berburu mereka yang agresif. Tentu, penempatan patung semut merah ini menambah daya tarik dan misteri tersendiri bagi gedung ini.
ADVERTISEMENT

Peran Gedung Marabunta sebagai Cagar Budaya

Ilustrasi sejarah gedung Marabunta. Pixabay/anonim.
Sebagai salah satu bangunan bersejarah di Kota Lama Semarang, Gedung Marabunta memiliki nilai historis dan arsitektural yang penting.
Meskipun mengalami berbagai perubahan fungsi dan kondisi fisik, gedung ini tetap menjadi saksi bisu perkembangan budaya dan sejarah kota Semarang. Statusnya sebagai cagar budaya menekankan pentingnya pelestarian bangunan ini untuk generasi mendatang.
Saat ini, Gedung Marabunta berfungsi sebagai gedung serbaguna dan kafe. Gedung ini menawarkan suasana yang memadukan nuansa klasik dan modern.
Pengunjung dapat menikmati interior yang elegan sambil merasakan atmosfer sejarah yang kental. Selain itu, gedung ini juga digunakan untuk berbagai acara, seperti pertunjukan seni, resepsi pernikahan, dan kegiatan budaya lainnya.
Itulah sejarah Gedung Marabunta yang menjadi ikonik bersejarah di Kota Lama Semarang. Jangan lupa mampir sini, ya! (rudin)
ADVERTISEMENT