Konten dari Pengguna

Sejarah Gereja HKBP dan Keunikannya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
18 Desember 2024 17:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejarah Gereja HKBP, Pexels/Nikko Tan
zoom-in-whitePerbesar
Sejarah Gereja HKBP, Pexels/Nikko Tan
ADVERTISEMENT
Sejarah Gereja HKBP adalah sebuah informasi yang penting untuk disimak. Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah salah satu gereja terbesar di Indonesia yang memiliki peran penting dalam sejarah perkembangan kekristenan di Tanah Batak.
ADVERTISEMENT
Gereja ini berdenominasi Kristen Protestan dengan warisan tradisi Lutheran dan Reformed. Gereja HKBP merupakan gereja terbesar di antara gereja-gereja Protestan yang ada di Indonesia (terutama di Provinsi Sumatera Utara) dan Asia Tenggara.

Sejarah Gereja HKBP

Sejarah Gereja HKBP, Pexels/Pixabay
Terdapat berbagai cerita mengenai keunikan dan sejarah Gereja HKBP. Berikut adalah sejarah Gereja HKBP dan keunikannya berdasarkan situs hkbp.or.id dan HKBP Guidebook.
Gereja ini berdiri pada akhir abad ke-19, tepatnya pada tanggal 7 Oktober 1861 di Sipirok, Sumatera Utara. Huria Kristen Batak didirikan pada 7 Oktober 1861 di Sipirok, Sumatera Utara, oleh misionaris dari Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) asal Jerman.
Tanggal tersebut sekaligus diperingati sebagai hari jadi HKBP. Gereja ini menjadi saksi bisu perjuangan penyebaran agama Kristen di tengah budaya Batak yang kaya tradisi.
ADVERTISEMENT
Pendirian HKBP tidak terlepas dari upaya misionaris dalam menyebarkan Injil di Tanah Batak. Pada tahun 1834, misionaris dari Boston mengirimkan Pdt. Samuel Munson dan Pdt. Henry Lyman ke Tanah Batak.
Namun usaha ini menemui kegagalan karena keduanya menjadi martir di Lobu Pining. Setelah itu, pada tahun 1849, Lembaga Alkitab Belanda mengirim Van der Tuuk untuk mempelajari bahasa Batak dan menerjemahkan sebagian Alkitab ke dalam bahasa Batak.
Alkitab tersebut juga ditulis menggunakan aksara Batak. Melihat hasil karya Van der Tuuk yang luar biasa, RMG mengalihkan fokusnya untuk menyebarkan Injil ke daerah Batak dengan mengutus Pdt. Dr. Fabri ke sana.
Pada tahun 1864, Pdt. Ingwer Ludwig Nommensen, yang dikenal sebagai "Apostel der Batak" (Rasul Batak), mendirikan gereja pertama di Tanah Batak. Gereja tersebut didirikan di Desa Saitnihuta, yang dinamakan Huta Dame (Desa Damai).
ADVERTISEMENT
Nommensen berhasil mengembangkan gereja ini menjadi HKBP melalui pendekatan yang menghormati budaya lokal. Gereja ini memiliki keunikan dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya Batak dalam praktik keagamaannya.
Pendekatan budaya ini dapat terlihat dari penggunaan musik tradisional Batak dalam ibadah. Selain itu, gereja ini juga menerapkan adat istiadat Batak yang tidak bertentangan dengan ajaran Kristen.
HKBP menerapkan sistem organisasi gereja yang mirip dengan gereja-gereja yang menganut sistem episkopal. Pimpinan tertinggi gereja ini disebut dengan Ephorus. Ephorus pertama HKBP adalah Pdt. Dr. Ingwer Ludwig Nommensen.
Sejarah Gereja HKBP tidak luput dengan adanya penyebaran agama Kristen di daerah Batak. Lebih dari sekadar tempat ibadah, HKBP memiliki keunikan tersendiri yang tercermin dalam liturgi, organisasi, serta perpaduan antara nilai-nilai agama dan budaya lokal. (Fia)
ADVERTISEMENT