news-card-video
14 Ramadhan 1446 HJumat, 14 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Sejarah Ibadah Haji sebagai Rukun Islam yang Kelima

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
13 Maret 2025 15:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Ibadah Haji sebagai Rukun Islam yang Kelima, Foto: Pexels/SULTAN
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Ibadah Haji sebagai Rukun Islam yang Kelima, Foto: Pexels/SULTAN
ADVERTISEMENT
Sejarah ibadah haji merupakan perjalanan panjang yang penuh makna dalam ajaran Islam. Ibadah haji bukan hanya sekadar ritual tahunan, tetapi juga bagian dari rukun Islam yang telah dijalankan sejak zaman Nabi Ibrahim.
ADVERTISEMENT
Setiap tahapan dalam ibadah ini memiliki sejarah dan nilai spiritual yang mendalam bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Mengutip situs rri.co.id, ka'bah merupakan salah satu bangunan paling suci bagi umat Islam, ditutup dengan kain sutra hitam seberat 650 kilogram dan dihias dengan 120 kilogram benang emas dan 20 kilogram benang perak.

Sejarah Ibadah Haji

Ilustrasi Sejarah Ibadah Haji sebagai Rukun Islam yang Kelima, Foto: Pexels/Muhammad Khawar Nazir
Memahami sejarah ibadah haji dapat memberikan wawasan lebih luas tentang makna ibadah haji serta bagaimana peran pentingnya dalam kehidupan umat Islam. Inilah sejarahnya.
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima dan menjadi kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu secara fisik dan finansial.
Sejarah haji tidak bisa dilepaskan dari perjalanan spiritual para nabi, khususnya Nabi Ibrahim AS, yang menjadi tonggak utama dalam pelaksanaan ibadah ini.
ADVERTISEMENT
Sejarah ibadah haji bermula dari perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS untuk membangun Ka’bah bersama putranya, Nabi Ismail AS. Setelah pembangunan Ka’bah selesai, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk menyeru manusia agar datang berhaji ke Baitullah.
Salah satu peristiwa penting yang menjadi bagian dari ibadah haji adalah kisah Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim AS, yang berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah dalam mencari air untuk bayinya, Nabi Ismail AS.
Dengan izin Allah, mata air Zamzam pun muncul, dan hingga kini airnya tetap mengalir dan menjadi bagian dari ritual haji.
Selain itu, ibadah haji juga mencakup peristiwa penyembelihan Nabi Ismail AS sebagai bentuk ketaatan Nabi Ibrahim AS kepada Allah. Namun, Allah menggantinya dengan seekor domba, yang menjadi asal usul ibadah kurban dalam Islam.
ADVERTISEMENT
Setelah wafatnya Nabi Ibrahim AS, ibadah haji mengalami penyimpangan. Ka’bah tetap menjadi tempat suci, tetapi praktik ibadahnya dicampuri dengan ritual-ritual jahiliyah.
Orang-orang Quraisy dan kaum Arab lainnya mulai menyembah berhala yang ditempatkan di sekitar Ka’bah. Orang-orang Quraisy dan kaum Ara juga melakukan thawaf dalam keadaan telanjang sebagai bentuk keyakinannya.
Ketika Islam datang, Rasulullah ﷺ mengembalikan ibadah haji kepada ajaran yang murni sesuai dengan tuntunan Nabi Ibrahim AS.
Pada tahun ke-6 Hijriyah, Rasulullah ﷺ bersama para sahabat berniat melaksanakan umrah, tetapi dihalangi oleh kaum Quraisy, sehingga terjadilah Perjanjian Hudaibiyah.
Baru pada tahun ke-8 Hijriyah, setelah Fathu Makkah (Penaklukan Makkah), Rasulullah ﷺ membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala dan mengembalikan ibadah haji ke bentuk yang benar.
ADVERTISEMENT
Pada tahun ke-10 Hijriyah, beliau melaksanakan Haji Wada' (Haji Perpisahan), di mana beliau menyampaikan khutbah terakhir yang berisi pesan penting bagi umat Islam.
Setelah Rasulullah ﷺ, ibadah haji terus dijalankan oleh umat Islam dan menjadi salah satu pilar utama dalam ajaran Islam. Haji diwajibkan bagi Muslim yang mampu, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. Ali Imran: 97)
Seiring waktu, pelaksanaan haji terus mengalami perkembangan. Pada masa Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah, Abbasiyah, hingga era modern, berbagai fasilitas telah dibangun untuk memudahkan jamaah haji.
ADVERTISEMENT
Sejarah ibadah haji menunjukkan betapa kuatnya ikatan spiritual antara manusia dengan Allah melalui perjalanan suci ini.
Saat ini, jutaan Muslim dari seluruh dunia menunaikan haji setiap tahunnya dengan sistem yang lebih terorganisir oleh pemerintah Arab Saudi. (Fikah)