Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
25 Ramadhan 1446 HSelasa, 25 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Sejarah Jalur Pansela, Rute Alternatif Favorit saat Mudik
23 Maret 2025 22:46 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sejarah jalur Pansela (Pantai Selatan Jawa) menjadi perbincangan hangat dalam beberapa tahun terakhir, terutama saat musim mudik tiba.
ADVERTISEMENT
Berbeda dari jalur Pantura (Pantai Utara) yang telah lama menjadi pilihan utama, jalur Pansela kini muncul sebagai alternatif yang menyuguhkan pemandangan indah sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa.
Mengutip dari binamarga.pu.go.id, pembangunan jalur Pansela bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dengan wilayah Pantura. Lalu, bagaimana sejarahnya? Simak ulasan berikut!
Sejarah Jalur Pansela
Sejarah jalur Pansela sendiri sebenarnya berkaitan dengan strategi pemerataan infrastruktur oleh pemerintah pusat.
Mengutip dari pu.go.id, proyek jalan lintas selatan ini telah dirintis sejak tahun 2004. Namun baru mengalami percepatan pembangunan sekitar tahun 2015 hingga 2020.
Jalur sepanjang 1.064 km ini membentang dari Provinsi Banten hingga Banyuwangi di Jawa Timur. Jalu Pansela melewati berbagai wilayah seperti Sukabumi, Cilacap, Yogyakarta, Pacitan, Tulungagung, hingga Banyuwangi.
ADVERTISEMENT
Pembangunan jalur Pansela memiliki dua tujuan utama. Pertama, membuka akses wilayah selatan Jawa yang selama ini kurang terintegrasi dalam jaringan transportasi nasional.
Sementara tujuan yang kedua adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan pesisir selatan, termasuk pariwisata dan perdagangan lokal.
Salah satu daya tarik jalur Pansela adalah pemandangannya yang memanjakan mata. Wisatawan dapat menjumpai deretan pantai indah seperti Pantai Pangandaran, Pantai Baron, Pantai Wediombo, hingga Pantai Klayar dan Pantai Teluk Hijau.
Tak heran, banyak pemudik atau pelancong yang menjadikan jalur ini sebagai “jalan wisata” saat musim mudik atau liburan panjang.
Mulai tahun 2018, jalur Pansela mulai dipromosikan oleh pemerintah sebagai jalur alternatif mudik untuk mengurangi kepadatan di Pantura dan Tol Trans Jawa.
ADVERTISEMENT
Kapasitas jalan yang semakin baik ditambah titik-titik rest area dan SPBU yang mulai tersedia menjadikan jalur ini semakin layak digunakan.
Meski begitu, jalur ini masih memiliki tantangan. Beberapa titik jalannya masih sempit, minim penerangan, dan belum sepenuhnya mulus.
Oleh karena itu, pengguna jalur Pansela disarankan untuk melakukan perencanaan rute yang matang, terutama saat melintasi daerah pegunungan dan tepi pantai yang berkelok.
Kementerian Perhubungan juga menekankan pentingnya sosialisasi jalur Pansela kepada masyarakat, mengingat sebagian besar pemudik masih lebih familiar dengan jalur Pantura atau tol.
Namun dengan perbaikan yang terus dilakukan, tidak menutup kemungkinan bahwa Pansela akan menjadi rute utama di masa depan. Jalur yang tidak hanya untuk mudik tetapi juga logistik dan pariwisata.
ADVERTISEMENT
Menilik sejarah jalur Pansela di atas memberikan gambaran bahwa selain mempermudah konektivitas, pembangunan jalur tersebut juga dapat meningkatkan perekonomian dan memaksimalkan potensi wilayah sekitar. (rudin)