Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Jam Gadang Terkenal yang Terletak di Bukittinggi
26 Desember 2023 21:18 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jam Gadang merupakan sebuah penanda khas yang membanggakan bagi kota Bukittinggi , Sumatera Barat.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu mengenal sejarah Jam Gadang, dapat menambah pengetahuan mengenai masa kolonial Hindia Belanda.
Sejarah Jam Gadang di Bukittinggi
Dikutip dari situs sumbarprov.go.id, Jam Gadang merupakan sebuah monumen bersejarah. Bangunan ini menempati posisi strategis di pusat kota Bukittinggi, berlokasi tepat di Jalan Istana, Kelurahan Bukit Cangang, Kecamatan Guguk Panjang, Kota Bukittinggi.
Bangunan ini tidak hanya menjadi identitas kota, tetapi juga menyimpan cerita panjang masa lalu yang menarik untuk ditelusuri.
Berikut ini berbagai hal menarik mengenai sejarah dari pembangunan Jam Gadamg di kota Bukittinggi:
1. Masa Pembangunan
Jam Gadang menjadi buah dari sebuah proyek monumental yang dimulai pada akhir tahun 1925 dan berhasil diselesaikan dalam waktu dua tahun, tepatnya tahun 1927.
2. Pencetus Pembangunan
Pembangunan ini pun diawali oleh sebuah hadiah dari Ratu Wilhelmina dari Belanda kepada sekretaris (controleur) Kota Bukittinggi (Fort de Kock) yang saat itu dijabat oleh HR Rookmaker.
ADVERTISEMENT
Arsitek asli Minangkabau, Jazid Rajo Mangkuto Sutan Gigi Ameh, memimpin pembangunan Jam Gadang dengan menghabiskan dana sekitar 3.000 Gulden.
3. Kembaran dari Big Ben di Inggris
Sebuah fakta menarik tentang Jam Gadang adalah terkait dengan mesin penggeraknya yang hanya ada dua di seluruh dunia.
Salah satunya terletak di Jam Gadang, sedangkan yang lainnya digunakan untuk Big Ben di London, Inggris.
4. Pemugaran
Sejak awal pembangunannya, bangunan ini telah mengalami tiga kali modifikasi dan penyesuaian pada bagian atapnya.
Dimulai dari bentuk atap bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di puncaknya.
Kemudian selanjutnya berubah menjadi model pagoda saat masa pendudukan Jepang, dan kembali lagi menjadi model gonjong, seperti atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang, setelah masa kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Perubahan terakhir dilakukan pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan kerja sama dari Pemerintah Kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.
Jam Gadang, sebuah monumen yang bukan hanya menunjukkan waktu, tetapi juga memancarkan kejayaan dan sejarah Kota Bukittinggi.