Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Sejarah Kebudayaan Jawa Timur, dari Kerajaan Kuno hingga Tradisi Kontemporer
21 Februari 2025 18:47 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Keberagaman budaya yang ada saat ini merupakan hasil dari proses panjang yang melibatkan interaksi antara berbagai kelompok masyarakat.
Perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan telah membentuk kebudayaan yang khas di Jawa Timur.
Sejarah Kebudayaan Jawa Timur
Berikut adalah sejarah kebudayaan Jawa Timur, yang terbentuk melalui perjalanan panjang dari masa kerajaan Hindu-Buddha, pengaruh Islam, hingga era modern, dikutip dari laman disperpusip.jatimprov.go.id.
Wilayah ini pernah menjadi pusat kejayaan Majapahit, kerajaan besar yang meninggalkan warisan budaya dalam berbagai aspek kehidupan.
Setelah runtuhnya Majapahit, kebudayaan di Jawa Timur mengalami perubahan signifikan seiring dengan masuknya pengaruh Islam yang membawa tatanan sosial dan seni baru.
Pada masa Majapahit, kebudayaan Jawa Timur berkembang pesat dengan seni, sastra, dan arsitektur sebagai bagian penting dari kehidupan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Relief candi seperti di Candi Penataran mencerminkan kisah-kisah epik Hindu, seperti Mahabharata dan Ramayana, yang menjadi bagian dari budaya masyarakat.
Kesenian seperti wayang beber dan gamelan juga berkembang, didukung oleh lingkungan istana yang menjadikan seni sebagai alat legitimasi kekuasaan.
Masuknya Islam ke Jawa Timur mengubah lanskap kebudayaan, terutama dalam bidang seni dan arsitektur.
Masjid-masjid kuno seperti Masjid Agung Demak dan Masjid Sunan Ampel menunjukkan perpaduan arsitektur Hindu-Buddha dengan unsur Islam.
Kesenian seperti wayang kulit mulai diadaptasi dengan cerita Islam, seperti kisah Walisongo dan epos Amir Hamzah.
Tradisi pesantren juga berkembang, menjadikan pendidikan agama sebagai bagian dari budaya masyarakat.
Selain pengaruh Hindu-Buddha dan Islam, kebudayaan Jawa Timur juga dibentuk oleh keberagaman etnis dan kelompok sosial.
ADVERTISEMENT
Beberapa kelompok budaya yang masih bertahan hingga kini meliputi masyarakat Osing di Banyuwangi, yang memiliki tradisi seni khas seperti Gandrung, serta masyarakat Madura dengan kesenian Karapan Sapi dan Sapi Sonok.
Sementara itu, masyarakat Tengger di sekitar Gunung Bromo tetap mempertahankan tradisi Hindu dengan upacara Yadnya Kasada.
Dalam bidang seni pertunjukan, ludruk berkembang sebagai bentuk teater rakyat yang khas, menggambarkan kehidupan sehari-hari dengan sentuhan humor dan kritik sosial.
Jaranan atau kuda lumping juga menjadi bagian dari seni tradisional yang masih bertahan di beberapa daerah.
Seni kriya seperti batik khas Tuban, tenun Gedog, serta ukiran kayu dari Madura mencerminkan kekayaan budaya yang diwariskan secara turun-temurun.
Pada era modern, kebudayaan Jawa Timur menghadapi tantangan dari globalisasi yang mengubah cara masyarakat memandang warisan budaya mereka.
ADVERTISEMENT
Beberapa kesenian tradisional mulai mengalami kemunduran akibat minimnya regenerasi dan kurangnya dukungan.
Meski demikian, upaya konservasi dan revitalisasi terus dilakukan melalui festival budaya, pendidikan seni, serta dukungan pemerintah untuk melestarikan kekayaan sejarah kebudayaan Jawa Timur.
Sebagai penutup, sejarah kebudayaan Jawa Timur terus berkembang seiring perubahan zaman tanpa meninggalkan akar tradisinya. Warisan budaya yang kaya tetap dijaga agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang. (Khoirul)