Konten dari Pengguna

Sejarah Kelenteng Tjoe Hwie Kiong, Warisan Budaya Tionghoa di Indonesia

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
19 Februari 2025 18:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Kelenteng Tjoe Hwie Kiong, Foto: Pexels/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Kelenteng Tjoe Hwie Kiong, Foto: Pexels/Pixabay
ADVERTISEMENT
Sejarah Kelenteng Tjoe Hwie Kiong merupakan salah satu bagian penting dari warisan budaya Tionghoa di Indonesia. Kelenteng ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan komunitas Tionghoa di daerah sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Keunikan arsitektur serta nilai historisnya menjadikan kelenteng ini sebagai salah satu peninggalan bersejarah yang patut untuk dipelajari.
Mengutip situs kedirikota.go.id, Klenteng Tjoe Hwie Kiong adalah salah satu bangunan yang memiliki usia cukup tua, tempat ibadah etnis Tionghoa dan mengandung nilai historis yang dilindungi di Kota Kediri dan termasuk dalam cagar budaya Jawa Timur.

Sejarah Kelenteng Tjoe Hwie Kiong

Ilustrasi Sejarah Kelenteng Tjoe Hwie Kiong, Foto: Pexels/Guruh Budi
Mengenal sejarah Kelenteng Tjoe Hwie Kiong berarti memahami bagaimana akulturasi budaya terjadi di Indonesia. Inilah kisah di balik sejarahnya.
Kelenteng Tjoe Hwie Kiong merupakan salah satu tempat ibadah tertua di Kota Kediri, Jawa Timur, yang diperkirakan telah berdiri sejak tahun 1817.
Berlokasi di Jalan Yos Sudarso No. 148, Kelurahan Pakelan, kelenteng ini menjadi bagian penting dari sejarah komunitas Tionghoa di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Meski usianya telah mencapai lebih dari dua abad, identitas pendirinya masih belum diketahui dengan pasti. Hal ini disebabkan oleh bencana banjir besar pada tahun 1955 yang mengakibatkan hilangnya berbagai arsip dan catatan sejarah kelenteng.
Menurut cerita turun-temurun, kelenteng ini didirikan oleh seorang musafir asal Tiongkok yang tiba di Kediri melalui Sungai Brantas, jalur perdagangan utama pada masa itu.
Musafir tersebut membawa patung Dewi Laut, Thian Sang Sing Bo, yang kemudian ditempatkan di sebuah tempat sederhana di tepi sungai sebagai tempat berdoa.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak perantau Tionghoa yang datang dan membawa patung dewa-dewinya sendiri, sehingga kelenteng pun berkembang dan memiliki lebih banyak altar.
Dari segi arsitektur, Kelenteng Tjoe Hwie Kiong memiliki ciri khas bangunan tradisional Tionghoa dengan dominasi warna merah dan emas.
ADVERTISEMENT
Patung besar Dewi Mak Co diletakkan di halaman utama, menghadap ke Sungai Brantas sebagai bentuk penghormatan kepada dewi pelindung para pelaut.
Selain itu, kelenteng ini juga memiliki altar untuk berbagai dewa dan dewi, seperti Dewi Kwan Im, Dewa Kwan Kong, serta tiga nabi agung Lao Tze, Buddha Sakyamuni, dan Kong Hu Cu yang mencerminkan ajaran Tri Dharma yang dianut oleh masyarakat setempat.
Sebagai situs cagar budaya yang dilindungi pemerintah, Kelenteng Tjoe Hwie Kiong tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan budaya dan sosial bagi komunitas Tionghoa di Kediri.
Berbagai perayaan tradisional, seperti Imlek dan Cap Go Meh, rutin diadakan di kelenteng ini, menarik perhatian masyarakat dari berbagai latar belakang.
ADVERTISEMENT
Keberadaan kelenteng ini menjadi bukti nyata bagaimana keberagaman budaya dapat hidup berdampingan dan saling memperkaya dalam kehidupan masyarakat.
Melalui sejarah Kelenteng Tjoe Hwie Kiong, masyarakat dapat melihat betapa pentingnya peran komunitas Tionghoa dalam membangun harmoni sosial dan budaya di Indonesia. (Fikah)