Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Kerupuk dari Tradisional hingga Mendunia
4 Januari 2025 13:39 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Makanan ini terkenal karena teksturnya yang renyah dan keanekaragamannya, mulai dari kerupuk udang hingga kerupuk kulit.
Perjalanan panjang kerupuk mencerminkan kreativitas masyarakat dalam mengolah bahan sederhana menjadi makanan ikonik yang bertahan lintas zaman.
Sejarah Kerupuk
Mengutip dari p2k.stekom.ac.id, sejarah kerupuk berawal dari Jawa, berdasarkan catatan dalam naskah Jawa Kuno sebelum abad ke-10 Masehi.
Pada masa itu, kerupuk dikenal dengan nama kerupuk rambak dan terbuat dari kulit sapi atau kerbau yang diolah menjadi camilan renyah. Kerupuk jenis ini menjadi pelengkap masakan tradisional seperti krechek, yang hingga kini tetap populer dalam kuliner Jawa.
Bukti sejarah lain ditemukan dalam Prasasti Taji di Ponorogo, yang menunjukkan bahwa kerupuk telah menjadi bagian dari budaya makan masyarakat kerajaan Mataram Kuno.
ADVERTISEMENT
Penggunaan bahan lokal seperti kulit, ikan, dan udang menunjukkan pemanfaatan sumber daya secara maksimal.
Pada era ini, kerupuk dibuat secara tradisional menggunakan proses penjemuran dan penggorengan.
Seiring waktu, kerupuk menyebar ke berbagai wilayah Nusantara, membawa variasi rasa dan bentuk yang disesuaikan dengan budaya setempat.
Jika di Sumatera, kerupuk ikan mendominasi karena melimpahnya hasil laut, sedangkan di Jawa Barat berkembang kerupuk aci yang berbahan dasar tepung tapioka.
Produksi kerupuk mulai berkembang pesat pada masa penjajahan Belanda. Para pedagang melihat potensi kerupuk sebagai komoditas yang bernilai ekonomi tinggi.
Hal ini mendorong munculnya industri rumah tangga yang memproduksi kerupuk secara massal. Salah satu daerah yang terkenal sebagai pusat produksi adalah Sidoarjo , yang hingga kini dikenal dengan kerupuk udangnya.
ADVERTISEMENT
Sejarah kerupuk tidak berhenti sebagai makanan tradisional. Inovasi dan kemajuan teknologi membuat kerupuk mampu bersaing di pasar global.
Jenis kerupuk seperti prawn crackers bahkan menjadi ikon makanan Asia Tenggara di mancanegara.
Proses produksi yang lebih modern, mulai dari mesin cetak hingga teknologi penggorengan vakum, meningkatkan kualitas kerupuk sekaligus memperpanjang masa simpannya.
Kerupuk juga memiliki makna budaya yang mendalam. Di Indonesia, kerupuk menjadi simbol kebersamaan, terutama dalam tradisi lomba makan kerupuk saat peringatan Hari Kemerdekaan.
Selain itu, kerupuk sering digunakan sebagai pelengkap makanan, seperti pada hidangan gado-gado, nasi goreng, dan soto.
Inovasi rasa dan bentuk terus dilakukan untuk mengikuti selera pasar. Selain kerupuk udang dan ikan, varian seperti kerupuk pedas, kerupuk vegetarian, hingga kerupuk sehat rendah kalori mulai bermunculan.
ADVERTISEMENT
Semua ini menunjukkan bahwa kerupuk tidak hanya bertahan sebagai makanan tradisional tetapi juga mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Sejarah kerupuk mencerminkan bagaimana makanan sederhana dapat berkembang menjadi ikon kuliner yang mendunia.
Kerupuk tidak hanya menjadi camilan renyah, tetapi juga warisan budaya yang melekat pada identitas masyarakat Indonesia. (Shofia)
Live Update