Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Sejarah Kota Makassar dan Perannya dalam Perdagangan di Nusantara
21 Januari 2025 20:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah Kota Makassar memiliki peran yang sangat penting dalam perjalanan sejarah Indonesia, khususnya di bagian timur Nusantara.
ADVERTISEMENT
Sebagai kota pelabuhan yang strategis, Makassar telah menjadi pusat perdagangan dan budaya sejak masa kerajaan Gowa-Tallo, serta berkembang menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia.
Mengutip situs sulselprov.go.id, Kota Makassar (Macassar, Mangkasar, Ujung Pandang (1971-1999)) adalah salah satu kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia.
Sejarah Kota Makassar
Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan di Nusantara. Berikut adalah sejarah Kota Makassar:
1. Awal Mula Berdirinya Makassar
Pada abad ke-14, kedua kerajaan ini mulai berkembang dan kemudian bersatu membentuk kesultanan besar yang dikenal sebagai Kesultanan Gowa-Tallo. Kesultanan ini menjadi fondasi bagi perkembangan Makassar sebagai pusat perdagangan.
ADVERTISEMENT
2. Perkembangan sebagai Kota Pelabuhan
Kota ini dikenal sebagai salah satu pelabuhan terbesar yang pernah memainkan peran penting dalam jalur perdagangan di kawasan Asia Tenggara.
Makassar mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 hingga ke-17 sebagai kota pelabuhan utama di kawasan timur Nusantara.
Posisi geografisnya yang strategis menjadikan Makassar tempat persinggahan para pedagang dari berbagai penjuru, seperti Tiongkok, India, Arab, dan Eropa.
Komoditas utama yang diperdagangkan meliputi rempah-rempah, hasil bumi, sutra, dan barang-barang mewah.
3. Peran dalam Perdagangan Rempah-Rempah
Makassar menjadi salah satu pelabuhan penting dalam perdagangan rempah-rempah di Maluku. Para pedagang Makassar menjalin hubungan erat dengan penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, di Kepulauan Maluku.
Rempah-rempah dari Makassar kemudian diekspor ke berbagai belahan dunia.
4. Islamisasi dan Penyebaran Agama
Makassar juga memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di kawasan timur Indonesia. Setelah raja-raja Gowa-Tallo memeluk Islam pada awal abad ke-17, agama ini berkembang pesat di wilayah Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Selain sebagai pusat perdagangan, Makassar juga menjadi pusat dakwah dan pendidikan Islam.
5. Persaingan dengan VOC
Pada abad ke-17, Makassar menghadapi persaingan dengan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang ingin menguasai jalur perdagangan di Nusantara.
Konflik ini mencapai puncaknya dengan terjadinya Perjanjian Bongaya tahun 1667, yang memaksa Makassar menyerahkan sebagian kendalinya kepada VOC. Meskipun demikian, Makassar tetap menjadi kota penting dalam perdagangan regional.
Peran di Masa Kolonial dan Kemerdekaan Serta Pengaruhnya dalam Kebudayaan Nusantara
Pada masa kolonial Belanda, Makassar dikenal sebagai Celebes dan tetap menjadi pusat perdagangan serta administrasi di Sulawesi .
Setelah kemerdekaan Indonesia, Makassar terus berkembang menjadi kota modern dengan sektor perdagangan, jasa, dan pariwisata sebagai penopang ekonominya.
Selain sebagai pusat perdagangan, Makassar juga menjadi tempat lahirnya berbagai tradisi maritim dan kebudayaan Nusantara.
ADVERTISEMENT
Kebudayaan pelayaran Makassar, seperti perahu Pinisi, menjadi simbol keunggulan maritim bangsa Indonesia. Makassar juga dikenal sebagai tempat bertemunya berbagai etnis dan budaya, yang menciptakan keberagaman unik hingga saat ini.
Dengan sejarah yang kaya dan peran strategisnya dalam perdagangan rempah-rempah serta penyebaran kebudayaan, Makassar telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ekonomi dan budaya di Nusantara.
Dengan mempelajari sejarah Kota Makassar, siapapun dapat mengetahui banyak pelajaran tentang perjuangan, perdagangan, dan keberagaman budaya yang membentuk identitas kota ini. (Fikah)