Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Sejarah Kota Thaif sebagai Tempat Perjuangan Dakwah Rasulullah
11 Maret 2025 13:46 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Thaif berada di antara Pegunungan Asir dan Pegunungan al-Hada. Kota ini berjarak sekitar 80 kilometer dari Makkah dan dapat ditempuh selama 1,5 jam jika menggunakan kendaraan.
Sejarah Kota Thaif
Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, Dr. H. Muradi, MA dan Erta Mahyudin, M. PdI., (37-39), dalam sejarah Kota Thaif, tahun kesepuluh kenabian dikenal dengan tahun duka bagi Rasulullah saw.
Hal ini karena kedua orang yang sangat dicintainya telah meninggal dunia, yakni Siti Khadijah dan Abu Thalib. Kedua orang ini adalah pembela dan pelindung Nabi Muhammad yang sangat tabah, kuat, dan disegani masyarakat Makkah.
Dengan meninggalnya Siti Khadijah dan Abu Thalib, orang-orang kafir semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad saw.
ADVERTISEMENT
Karena penderitaan yang dialami semakin hebat, Rasulullah bersama Zaid bin Haritsah berencana pergi ke Thaif untuk meminta bantuan dan perlindungan dari keluarganya yang berada di kota itu.
Keluarga Nabi Muhammad, yaitu Kinanah yang bergelar Abu Yalail bin Abd al-Kilal, Habib bin Amr, dan Masud yang bergelar Abu Kuhal bin Amr. Dalam sejarah Kota Thaif, ketiganya adalah para pembesar dan penguasa di Thaif yang berasal dari keturunan Saqif.
Akan tetapi harapan itu tidak menjadi kenyataan karena ketiganya tidak mau memberikan perlindungan dan bantuan apapun kepada Rasulullah bahkan beliau diusir dan dihina dengan cara-cara yang tidak manusiawi.
Nabi Muhammad diusir dan dilempari batu oleh para pemuda Thaif karena tidak mau mengambil risiko dari bantuan yang akan diberikan.
ADVERTISEMENT
Hal ini karena bila memberikan bantuan atau bahkan menerima Islam sebagai agama baru, maka masyarakat Makkah akan memberikan perlakuan yang tidak mengenakkan.
Para pembesar Thaif enggan menolong Nabi Muhammad karena beranggapan beliau adalah orang gila yang terusir dari Makkah.
Selain itu, berdasarkan informasi dari Abu Jahal bahwa apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw adalah kebohongan besar yang akan menyesatkan bangsa Arab.
Dalam catatan sejarah disebutkan ketika Rasulullah saw dan Zaid akan pulang kembali ke Makkah, masyarakat Thaif dan para hamba sahaya suruhan sang majikan berdiri sejajar menyusun 2 barisan untuk menghadang perjalanan itu.
Masyarakat Thaif melakukan penghinaan sepanjang jalan yang akan dilewati Nabi Muhammad bahkan melempari beliau dan sahabatnya dengan batu sehingga Rasulullah terluka.
ADVERTISEMENT
Setelah mendapatkan penolakan dari masyarakat Thaif, Nabi Muhammad dan Zaid akhirnya kembali ke Makkah.
Sejarah Kota Thaif sebagai tempat perjuangan dakwah Rasulullah saw memberikan pelajaran berharga tentang kesabaran, keteguhan hati, dan keikhlasan. (Mey)