Konten dari Pengguna

Sejarah Kota Yogyakarta, Dari Masa Kerajaan Mataram hingga Jadi Kota Budaya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
19 Februari 2025 18:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Kota Yogyakarta. Pexels/Prathyusha Mettupalle
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Kota Yogyakarta. Pexels/Prathyusha Mettupalle
ADVERTISEMENT
Sejarah kota Yogyakarta memiliki akar kuat sejak masa Kerajaan Mataram Islam. Dikutip dari buku Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa, Peter Carey, 2013:210, kota ini berkembang dari perpindahan pusat pemerintahan Mataram dari Kotagede ke Plered pada abad ke-17.
ADVERTISEMENT
Peristiwa penting terjadi pada tahun 1755 ketika Perjanjian Giyanti membagi Mataram menjadi dua, yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Perjanjian ini menjadi titik awal berdirinya Yogyakarta sebagai pusat kekuasaan baru di Jawa.

Peran Kesultanan dalam Sejarah Kota Yogyakarta

Ilustrasi Sejarah Kota Yogyakarta. Pexel/Deane Bayas
Sejarah kota Yogyakarta semakin berkembang dengan berdirinya Kesultanan Yogyakarta yang dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwono I.
Dikutip dari buku Yogyakarta: Sejarah, Budaya, dan Tradisi, Sri Margana, 2017:98, disebutkan bahwa Sultan Hamengkubuwono I membangun Keraton Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan.
Keraton ini menjadi simbol kekuasaan dan kebudayaan Jawa yang bertahan hingga sekarang.
Pada abad ke-19, sejarah kota Yogyakarta mengalami pengaruh dari pemerintah kolonial Belanda. Belanda mulai membangun infrastruktur modern seperti jalur kereta api dan sekolah.
ADVERTISEMENT
Kota ini menjadi pusat pendidikan dengan berdirinya sekolah-sekolah kolonial yang kemudian mencetak pemimpin nasional.

Yogyakarta Sebagai Kota Budaya

Ilustrasi Sejarah Kota Yogyakarta. Pexel/dumitru B
Setelah kemerdekaan Indonesia, sejarah kota Yogyakarta semakin mengukuhkan perannya sebagai pusat kebudayaan.
Berdasarkan buku Kebudayaan Jawa dan Politik, Benedict Anderson, 2000:123, disebutkan bahwa Yogyakarta tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi melalui seni, batik, dan pendidikan.
Pada tahun 1946, Yogyakarta bahkan sempat menjadi ibu kota Indonesia sementara ketika Jakarta dalam kondisi darurat akibat agresi militer Belanda.
Sejarah kota Yogyakarta juga erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Universitas Gadjah Mada, yang didirikan pada tahun 1949, menjadi simbol kebangkitan intelektual di kota ini.
Yogyakarta berkembang sebagai kota pelajar dengan berbagai perguruan tinggi yang menjadi tujuan pendidikan dari berbagai daerah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, sejarah kota Yogyakarta tetap hidup dalam arsitektur, adat, dan seni pertunjukan seperti wayang dan gamelan.
Kota ini menjadi destinasi wisata budaya utama di Indonesia, menarik wisatawan yang ingin menikmati keindahan sejarah dan tradisi Jawa. (Haura)