Konten dari Pengguna

Sejarah Kue Cincin Khas Betawi, Jajanan Tradisional dengan Cita Rasa Autentik

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
17 Maret 2025 14:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah kue cincin khas Betawi. Foto: Pexels.com/Polina Tankilevitch
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah kue cincin khas Betawi. Foto: Pexels.com/Polina Tankilevitch
ADVERTISEMENT
Sejarah kue cincin khas Betawi berawal dari tradisi masyarakat yang menjadikannya sebagai hidangan khas dalam berbagai acara penting.
ADVERTISEMENT
Kue ini memiliki makna simbolis dalam budaya Betawi dan kerap dihidangkan dalam perayaan seperti pernikahan dan sunatan. Bahan utamanya yang sederhana, tetapi kaya rasa, menjadikannya salah satu kue tradisional yang terus lestari hingga kini.

Sejarah Kue Cincin Khas Betawi

Ilustrasi Sejarah kue cincin khas Betawi. Foto: Pexels.com/Polina Tankilevitch
Sejarah kue cincin khas Betawi terus berkembang seiring dengan pengaruh budaya dan tradisi kuliner dari berbagai wilayah.
Mengutip dari kepriprov.go.id, kue ini memiliki bentuk menyerupai cincin dengan warna kecokelatan yang berasal dari gula merah sebagai bahan utamanya.
Selain itu, tepung beras dan kelapa sangrai turut memberikan cita rasa khas yang menjadikannya salah satu camilan tradisional yang masih bertahan hingga kini.
Keunikan bentuk dan bahan-bahannya membuat kue ini memiliki kemiripan dengan berbagai makanan tradisional dari belahan dunia lain.
ADVERTISEMENT
Kue berbentuk cincin telah dikenal dalam berbagai budaya sejak berabad-abad lalu.
Beberapa ahli berpendapat bahwa makanan serupa kue cincin telah ada sejak zaman Mesir Kuno dan Yunani Kuno dalam bentuk simit atau bagel.
Hidangan ini memiliki bentuk khas dengan lubang di tengah dan telah menjadi bagian dari kebiasaan makan masyarakat di wilayah Timur Tengah.
Pengaruh budaya Timur Tengah dalam dunia kuliner cukup luas, sehingga memungkinkan terjadinya adaptasi dalam berbagai resep makanan yang akhirnya berkembang di berbagai daerah, termasuk Nusantara.
Selain dari Timur Tengah, pengaruh Eropa juga berperan dalam perkembangan kue berbentuk lingkaran. Di Eropa, makanan berbentuk cincin mulai populer sejak abad ke-17 dan ke-18 dalam bentuk ring cakes atau donat.
ADVERTISEMENT
Pada masa kolonial, bangsa Eropa membawa berbagai resep makanan ke wilayah jajahannya, termasuk konsep kue berbentuk lingkaran.
Proses ini memungkinkan terjadinya akulturasi kuliner, di mana masyarakat setempat mulai menyesuaikan resep dengan bahan-bahan yang lebih mudah ditemukan di daerahnya.
Di Nusantara, masyarakat mulai mengadopsi konsep kue cincin dengan menggunakan bahan khas lokal seperti tepung beras, gula merah, dan kelapa sangrai.
Perpaduan bahan-bahan ini menghasilkan rasa manis dan tekstur renyah yang membedakannya dari donat atau ring cakes yang lebih lembut.
Seiring dengan perkembangan zaman, kue cincin tetap menjadi bagian dari warisan kuliner Betawi yang terus diwariskan secara turun-temurun.
Sejarah kue cincin khas Betawi menunjukkan bagaimana pengaruh budaya luar berpadu dengan kearifan lokal untuk menciptakan hidangan khas yang bertahan hingga kini.
ADVERTISEMENT
Kue ini tetap menjadi bagian penting dalam tradisi masyarakat Betawi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai perayaan adat. (Khoirul)