news-card-video
23 Ramadhan 1446 HMinggu, 23 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Sejarah Kue Dongkal, Camilan Legendaris Betawi

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
15 Februari 2025 21:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Kue Dongkal, Unsplash/fabio guntur
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Kue Dongkal, Unsplash/fabio guntur
ADVERTISEMENT
Sejarah kue dongkal berakar dari tradisi kuliner masyarakat Betawi yang kaya akan cita rasa dan budaya. Kue ini telah menjadi jajanan khas yang diwariskan dari generasi ke generasi.
ADVERTISEMENT
Salah satu keunikan kue ini adalah bentuknya yang mirip dengan tumpeng karena cetakan kue yang digunakan berbentuk kerucut persis dengan alat membuat tumpeng yang terbuat dari anyaman bambu yang digunakan untuk proses pengukusan.

Sejarah Kue Dongkal

Ilustrasi Sejarah Kue Dongkal, Unsplash/zero take
Dalam sejarah kue dongkal, menurut cerita yang beredar di masyarakat, nama dongkal berasal dari cara pengirisan kue yang dicongkel dengan centong.
Pada awalnya, dongkal dibuat dari tepung gaplek dan kue ini telah diperkenalkan sejak tahun 1940 serta terkenal sebagai menu sarapan.
Di tahun 1970-an, tepung gaplek yang menjadi bahan dasar kue dongkal diketahui mulai sulit ditemukan karena saat itu banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan tepung beras sebagai bahan utamanya.
Setelah itu, kue dongkal pun dibuat langsung dari beras yang ditumbuk manual hingga akhirnya menjadi tepung.
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah kue dongkal, kue dongkal biasanya ada dan dijadikan sebagai jamuan saat membuat gedengan atau ikatan padi kering yang dipanen beserta batangnya pada malam hari setelah dijemur seharian.
Kue ini juga sering disajikan pada acara-acara gotong royong masyarakat.
Dikutip dari buku Kuliner Betawi Selaksa Rasa & Cerita, Shinta Teviningrum, dkk., (2016:52-53), kue dongkal memang lebih nikmat disantap saat panas dan itu yang menyebabkan adonannya tidak langsung dibuat dalam jumlah yang banyak.
Selain itu, membuat kue yang satu ini juga tidak terlalu lama sehingga sang penjual dapat berulang-ulang membuat adonan kue dengan cepat.
Aslinya kue dongkal dibakar dengan menggunakan kayu sehingga aromanya menjadi lebih smokey. Tetapi untuk kepraktisan, kini penjual kue dongkal menggunakan bahan bakar gas.
ADVERTISEMENT
Setelah matang, kue langsung dikeluarkan dari cetakan. Saat ada pembeli, kue dipotong-potong dan ditaruh dalam wadah serta ditaburi kelapa parut.
Tekstur kue dongkal mengingatkan pada kue putu yang dicetak dengan potongan bambu. Selain itu, rasanya juga tidak jauh berbeda.
Sejarah kue dongkal membuktikan bahwa kuliner tradisional mampu bertahan di tengah perkembangan zaman.
Dengan kelezatan dan keunikan pembuatannya, kue ini terus dilestarikan dan dinikmati oleh berbagai kalangan, baik dalam acara keluarga maupun sebagai bagian dari kekayaan kuliner Nusantara yang tak lekang oleh waktu. (Mey)