Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Sejarah Kue Kering yang Tak Pernah Absen saat Lebaran
27 Maret 2025 19:38 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sejarah kue kering memiliki perjalanan panjang hingga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran. Tradisi menyajikan kue kering saat Idulfitri telah berlangsung sejak lama dan berkembang dari berbagai budaya yang mempengaruhi kuliner Nusantara.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Sejarah Kuliner Dunia, Smith, 2015;135, kue kering pertama kali muncul di Timur Tengah sebagai makanan yang tahan lama dan praktis disimpan.
Dari sana, resepnya menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia, melalui jalur perdagangan dan kolonialisme. Kehadiran kue kering dalam perayaan keagamaan semakin populer ketika bahan-bahan seperti mentega, gula, dan tepung mulai mudah didapatkan.
Perkembangan Kue Kering dari Masa ke Masa
Sejarah kue kering semakin berkembang pesat setelah diperkenalkan ke Eropa pada abad ke-16.
Dikutip dari buku Baking Through the Ages, Johnson, 2018:78, dijelaskan bahwa masyarakat Eropa mengembangkan berbagai jenis kue kering dengan tambahan bahan seperti mentega, gula, dan rempah-rempah.
Pada masa kolonial Belanda, tradisi membuat kue kering masuk ke Indonesia dan mengalami adaptasi sesuai dengan bahan-bahan lokal yang tersedia. Resep seperti nastar dan kastengel merupakan warisan dari pengaruh Belanda yang masih populer hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan buku Tradisi dan Kuliner Islam, Rahman, 2020:210, disebutkan bahwa kue kering mulai menjadi bagian dari Idulfitri di Indonesia sejak awal abad ke-20.
Perayaan Lebaran identik dengan silaturahmi dan menjamu tamu dengan suguhan khas, sehingga kue kering menjadi pilihan praktis karena dapat dibuat dalam jumlah banyak dan disimpan dalam waktu lama.
Berbagai jenis kue kering mulai dikreasikan sesuai selera masyarakat, seperti putri salju yang berasal dari Eropa tetapi dimodifikasi dengan taburan gula halus, serta lidah kucing yang memiliki tekstur renyah.
Kue Kering sebagai Simbol Lebaran
Sejarah kue kering dalam perayaan Lebaran memiliki makna tersendiri. Kue kering tidak hanya berfungsi sebagai hidangan untuk tamu, tetapi juga mencerminkan nilai kebersamaan dan keramahan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku The Art of Baking, Williams, 2017;95, dijelaskan bahwa tradisi berbagi kue kering menjadi bagian penting dalam budaya masyarakat Muslim.
Kebiasaan membuat kue kering bersama keluarga menjelang Lebaran juga menjadi momen spesial yang mempererat hubungan antaranggota keluarga.
Sejarah kue kering menunjukkan bagaimana kuliner dapat berkembang dan menjadi bagian dari budaya serta tradisi masyarakat.
Dari awal kemunculannya di Timur Tengah hingga adaptasi oleh masyarakat Indonesia, kue kering terus menjadi sajian khas yang selalu hadir dalam perayaan Lebaran.
Keberadaannya tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga mencerminkan perjalanan sejarah dan akulturasi berbagai budaya di Nusantara. (Mona)