news-card-video
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Sejarah Letusan Gunung Galunggung yang Menjadi Bencana Alam Besar

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
15 Maret 2025 18:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Letusan Gunung Galunggung, Foto: Unsplash/Ása Steinarsdóttir
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Letusan Gunung Galunggung, Foto: Unsplash/Ása Steinarsdóttir
ADVERTISEMENT
Sejarah letusan Gunung Galunggung menjadi peristiwa bencana alam besar yang mengubah wajah kawasan sekitar. Letusan ini membuat ribuan orang terpaksa mengungsi, sementara dampaknya terasa hingga ke wilayah yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Mengutip Buku Spiritualitas Bencana, Rissalwan Hady Lubis, (2019: 20), Dalam catatan sejarah, Gunung Galunggung sudah pernah meletus sebanyak empat kali, yakni tahun 1822, 1894, 1918, dan 1982.

Sejarah Letusan Gunung Galunggung

Ilustrasi Sejarah Letusan Gunung Galunggung, Foto: Unsplash/Izabela Kraus
Gunung Galunggung merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut, yang terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut. Berikut adalah sejarah letusan Gunung Galunggung.

1. Letusan 1822

Pada tahun 1822, Gunung Galunggung tercatat mengalami letusan besar yang dimulai dengan tanda-tanda kegempaan pada Juli 1822. Pada saat itu, air Cikunir yang mengalir di sekitar gunung berubah menjadi keruh dan berlumpur, serta terasa panas.
Letusan puncaknya terjadi antara tanggal 8-12 Oktober 1822, yang menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, disertai abu halus, awan panas, dan aliran lahar. Aliran lahar tersebut bergerak ke arah tenggara, mengikuti jalur sungai.
ADVERTISEMENT
Bencana tersebut mengakibatkan korban jiwa, dengan total 4.011 orang tewas. Selain itu, 114 desa hancur akibat letusan ini, dan kerusakan lahan terjadi hingga sejauh 40 km ke arah timur dan selatan.

2. Letusan 1894

Pada Oktober 1894, penduduk di sebelah timur Gunung Galunggung mendengar suara dentuman keras yang mengindikasikan aktivitas vulkanik yang semakin intens. Pada siang hari, semburan material pijar terlihat jelas dari Kota Tasikmalaya.
Abu vulkanik yang terlepas dari gunung kemudian tertiup angin ke arah barat, bahkan mencapai kota-kota besar seperti Bandung dan Bogor, menyebabkan gangguan bagi penduduk dan aktivitas mereka.
Pada malam hari 18019 Oktober, suara dentuman terdengar lebih keras dan lebih sering. Abu yang terhembus oleh angin menyebar ke segala arah, hingga mencapai Sumedang.
ADVERTISEMENT

3. Letusan 1918

Pada awal bulan Juli 1918, Gunung Galunggung kembali menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik, dimulai dengan gempa bumi yang mengguncang kawasan sekitar. Letusan yang terjadi pada tanggal 6 Juli tersebut menghasilkan hujan abu.
Kemudian, pada tanggal 9 Juli 1918, sebuah peristiwa vulkanik yang luar biasa terjadi. Di dalam danau kawah, muncul kubah lava setinggi 85 meter dengan dimensi sekitar 560x440 meter. Fenomena ini kemudian dikenal dengan nama Gunung Jadi.

4. Letusan 1982

Letusan terakhir Gunung Galunggung tercatat pada 5 Mei 1982, disertai dentuman keras, semburan pijaran api, dan kilatan halilintar. Aktivitas ini berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983.
Letusan ini tidak hanya mempengaruhi kehidupan masyarakat, tetapi juga membawa perubahan pada peta wilayah di sekitar. Kawasan tersebut mencakup Kecamatan Indihiang, Sukaratu, dan Leuwisari.
ADVERTISEMENT
Demikianlah sejarah letusan Gunung Galunggung. Letusan-letusan ini menunjukkan bagaimana masyarakat dan pemerintah harus terus waspada terhadap potensi bahaya vulkanik. (Nab)