Konten dari Pengguna

Sejarah Lidah Kucing, Kue Kering Klasik yang Unik dan Renyah

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
16 Maret 2025 18:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah lidah kucing. Foto: Pexels.com/Anete Lusina
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah lidah kucing. Foto: Pexels.com/Anete Lusina
ADVERTISEMENT
Sejarah lidah kucing berkaitan dengan penyebaran kuliner Eropa yang masuk ke Indonesia melalui pengaruh kolonialisme.
ADVERTISEMENT
Kue ini memiliki bentuk panjang dan tipis yang menyerupai lidah kucing, dengan tekstur yang renyah serta rasa yang khas. Keberadaannya di Indonesia tidak terlepas dari warisan budaya yang berkembang seiring waktu.

Sejarah Lidah Kucing

Ilustrasi sejarah lidah kucing. Foto: Pexels.com/Meggy Kadam Aryanto
Dikutip dari p2k.stekom.ac.id, berikut adalah sejarah lidah kucing yang berasal dari Eropa sebelum akhirnya dikenal luas di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Kue ini pertama kali dibuat di Belanda dan menjadi bagian dari hidangan khas di negara tersebut.
Nama "lidah kucing" berasal dari bahasa Belanda, yaitu "kattentongen," yang berarti "lidah kucing," sesuai dengan bentuknya yang panjang dan tipis.
Masyarakat Belanda telah lama mengenal kue ini sebagai bagian dari kudapan dalam berbagai acara.
Saat masa kolonial, orang Belanda membawa resep kue lidah kucing ke Indonesia bersamaan dengan jenis kue kering lainnya.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, kue ini termasuk dalam kategori hidangan mewah yang hanya dinikmati oleh kalangan tertentu, terutama para pejabat kolonial dan keluarga mereka.
Selain di Belanda, lidah kucing juga memiliki versi serupa di negara lain, seperti Prancis, yang menyebutnya dengan istilah "langues de chat."
Kue ini mulai dibuat di Prancis sekitar abad ke-17 dan berkembang menjadi bagian dari kuliner khas Eropa.
Dari sana, lidah kucing terus menyebar ke berbagai wilayah, mengikuti jalur perdagangan dan kolonialisme yang membawa budaya kuliner ke berbagai belahan dunia.
Ketika masuk ke Indonesia, kue lidah kucing mengalami banyak perubahan agar lebih sesuai dengan selera masyarakat lokal.
Jika pada awalnya kue ini hanya memiliki rasa mentega yang ringan, kini telah muncul berbagai varian rasa seperti cokelat, keju, dan bahkan warna-warni yang lebih menarik.
ADVERTISEMENT
Perubahan ini menunjukkan bagaimana kuliner bisa beradaptasi sesuai dengan kebiasaan dan preferensi masyarakat setempat.
Seiring waktu, lidah kucing menjadi bagian dari hidangan khas yang sering disajikan pada perayaan hari besar seperti Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru Imlek.
Popularitasnya terus meningkat, menjadikannya salah satu kue kering yang hampir selalu ada di meja hidangan saat momen-momen istimewa.
Kelezatannya yang ringan dan teksturnya yang renyah membuatnya disukai oleh berbagai kalangan.
Sejarah lidah kucing menggambarkan bagaimana makanan dapat berpindah dan beradaptasi di berbagai tempat.
Dari resep khas Eropa hingga menjadi bagian dari kuliner Indonesia, lidah kucing menunjukkan bahwa warisan kuliner tidak hanya sekadar soal rasa, tetapi juga tentang bagaimana budaya bertemu dan saling mempengaruhi. (Shofia)
ADVERTISEMENT