news-card-video
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Sejarah Lumpia Basah, Kuliner Legendaris dengan Cita Rasa Khas

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
19 Maret 2025 15:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Lumpia Basah, Foto: Pexels/RDNE Stock project
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Lumpia Basah, Foto: Pexels/RDNE Stock project
ADVERTISEMENT
Sejarah lumpia basah merupakan bagian dari perkembangan kuliner tradisional yang memiliki akar budaya kuat. Lumpia basah adalah salah satu jajanan khas yang digemari karena cita rasanya yang unik dan cara penyajiannya yang berbeda dari lumpia goreng.
ADVERTISEMENT
Hidangan ini dikenal dengan isian yang kaya rasa, dibalut dengan kulit tipis yang lembut, dan disajikan tanpa digoreng seperti lumpia kering. Sebagai salah satu makanan yang digemari, lumpia basah memiliki perjalanan panjang dalam dunia kuliner.
Dikutip dari jurnal Respon Kadar Gula Darah Terhadap Konsumsi Lumpia Semarang Basah Dan Goreng, (Nuraini, dkk., 2014:80), Lumpia basah meningkatkan gula darah lebih tinggi pada menit ke-60, tetapi turun lebih cepat dari lumpia goreng setelah dikonsumsi.

Sejarah Lumpia Basah

Ilustrasi Sejarah Lumpia Basah, Foto: Pexels/Natalie Bond
Lumpia Basah adalah salah satu varian dari lumpia yang terkenal di Indonesia, khususnya di Semarang. Inilah sejarah lumpia basah.
Lumpia basah merupakan hasil akulturasi budaya antara Tionghoa dan Jawa yang telah ada sejak abad ke-19. Lumpia Basah dikenal dengan kulitnya yang lembut dan isian yang segar, biasanya terdiri dari sayuran seperti kol, wortel, dan rebung, tambahan tahu dan telur.
ADVERTISEMENT
Sejarah lumpia dimulai ketika seorang pendatang dari Fujian, Tiongkok, bernama Tjoa Thay Joe, memperkenalkan penganan ini di Semarang.
Tjoa Thay Joe menjual lumpia dengan isian daging babi dan rebung, yang kemudian berinteraksi dengan kuliner lokal melalui pernikahannya dengan Mbak Wasih, seorang pedagang makanan Jawa yang menjual lumpia dengan isian udang dan kentang.
Seiring berjalannya waktu, kombinasi antara resep Tjoa Thay Joe dan Mbak Wasih menghasilkan variasi lumpia yang beragam. Pasangan ini mengubah isian lumpia menjadi ayam atau udang yang dicampur dengan rebung, dibungkus dalam kulit lumpia khas Tionghoa.
Proses ini tidak hanya menciptakan rasa baru yang lebih sesuai dengan selera lokal tetapi juga melambangkan perpaduan dua budaya yang berbeda.
Lumpia Basah menjadi semakin populer dan dijual di berbagai tempat, termasuk pasar malam Belanda bernama Olympia Park, hingga akhirnya menjadi salah satu ikon kuliner Semarang.
ADVERTISEMENT
Lumpia Basah memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan lumpia goreng. Teksturnya yang lembut dan cita rasanya yang segar menjadikannya pilihan yang lebih sehat bagi yang ingin menghindari makanan gorengan.
Hidangan ini biasanya disajikan dengan saus manis kental dan acar sebagai pelengkap, memberikan sensasi rasa yang lebih kaya.
Dalam perkembangan modern, Lumpia Basah juga mengalami inovasi dengan tambahan isian seperti daging ayam atau udang serta keju, menjadikannya semakin menarik bagi generasi muda.
Sejarah lumpia basah tidak hanya menggambarkan evolusi sebuah makanan, tetapi juga mencerminkan bagaimana kuliner dapat menjadi bagian dari identitas suatu daerah. (Fikah)