Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Sejarah Masjid Raya Baiturrahman di Aceh yang Ikonik
15 Maret 2025 18:12 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sejarah Masjid Raya Baiturrahman yang terletak di Aceh menjadi hal berharga untuk dipelajari. Masjid ini menjadi bangunan ikonik yang mencerminkan kemajuan Islam pada zaman dahulu.
ADVERTISEMENT
Mengutip Buku Mesjid Bersejarah Aceh dalam Perspektif Kenyamanan Spasial Arsitektur, Laina H.S., dkk., (2018 28), Masjid Raya Baiturrahman dulunya tidak hanya dijadikan sebagai tempat ibadah, tetapi juga markas pertahanan.
Sejarah Masjid Raya Baiturrahman
Sejarah Masjid Raya Baiturrahman dibangun pada masa kesultanan Iskandar Muda (1607-1636). Namun, beberapa pakar menyatakan bahwa pembangunan telah dimulai sebelum masa Sultan Iskandar Muda, dan ia hanya memperbaikinya.
Pada awalnya, masjid ini tidak dibangun dengan struktur beton dan kubah, melainkan menggunakan konstruksi kayu dengan atap bertingkat. Desain awal ini tercatat oleh Peter Mundy, seorang penjelajah asal Inggris.
Selama masa penjajahan Belanda, Masjid Raya Baiturrahman digunakan sebagai markas pertahanan rakyat Aceh. Di masjid ini, sering diadakan pertemuan untuk merencanakan strategi perlawanan terhadap pasukan penjajah.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan sejarah, masjid ini pernah direbut dan dibakar oleh Belanda. Peristiwa pertama terjadi pada 10 April 1873, saat pasukan Belanda berusaha membalas kekalahan mereka dari pasukan kerajaan Aceh.
Namun, masjid berhasil direbut kembali pada 14 April 1873 setelah tewasnya Jenderal J.H.R Kohler. Pembakaran kedua terjadi pada 6 Januari 1874, di mana Belanda membakar habis masjid tersebut.
Perkembangan Masjid Raya Baiturrahman
Setelah dibakar habis oleh Belanda, Masjid Raya Baiturrahman akhirnya direhabilitasi pada 9 Oktober 1979 oleh Mayor Jenderal K. Van Der Heijden. Upacara peletakan batu pertama dilakukan oleh Teungku Khadi Malikul Adil.
Proses pembangunan masjid ini diawasi oleh arsitek Meneer BRUINS dari Departemen Pekerjaan Umum Batavia, dan pengerjaannya dipimpin oleh Letnan Cina Lie A Sie.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1935, Presiden Y. Jongejans memperluas masjid ini dengan menambahkan dua, sehingga menjadi tiga dengan luas 741 m². Kemudian, Gubernur Ali Hasjmy memperluas kubah dengan penambahan dua kubah, sehingga jumlahnya menjadi lima.
Pada tahun 1981, menjelang pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran Tingkat Nasional ke XII, masjid kembali direnovasi. Renovasi tersebut meliputi penambahan fasilitas, seperti pemasangan klimkers, tempat wudhu, kaligrafi, dan beberapa lainnya.
Pada tahun 1986, masjid diperluas menjadi 2240 m² dengan menambahkan beberapa ruangan, seperti ruang tamu serta ruang untuk imam dan muazin. Kemudian, pada tahun 1988, Gubernur Ibrahim Hasan merencanakan renovasi kembali.
Renovasi tersebut mencakup perluasan dengan penambahan kubah menjadi tujuh buah dan menara menjadi lima buah. Salah satu menara utama yang setinggi 53 meter dilengkapi dengan hiasan Boh Reu Aceh di puncaknya.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2015, pemerintah Aceh mengeluarkan kebijakan untuk merenovasi Masjid Raya Baiturrahman. Proyek renovasi ini mencakup penambahan 12 unit payung elektrik, basement parkir, tempat wudhu, serta berbagai perbaikan pada bagian interior masjid.
Demikianlah sejarah Masjid Raya Baiturrahman di Aceh. Keindahan arsitektur masjid ini semakin memperkuat identitas Aceh sebagai daerah yang kaya akan sejarah dan budaya Islam. (Nab)