Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Munggahan, Tradisi Menyambut Bulan Ramadan
25 Februari 2025 22:12 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi ini menjadi momen penting untuk mempererat hubungan, memperbaiki diri, dan mempersiapkan hati menyambut bulan suci.
Dalam suasana penuh kehangatan, Munggahan menghadirkan makna mendalam tentang silaturahmi, syukur, dan refleksi diri yang terus dijaga sebagai bagian dari warisan budaya.
Sejarah Munggahan
Mengutip dari buku Sufisme Sunda, Dr. Asep Salahudin., (2023), munggahan adalah tradisi masyarakat Sunda yang dilakukan untuk menyambut bulan suci Ramadan.
Kata "munggahan" berasal dari bahasa Sunda "munggah," yang berarti naik atau meningkat, melambangkan peningkatan spiritual dalam menyambut Ramadan.
Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama dan masih dilestarikan hingga kini sebagai bagian dari budaya masyarakat Sunda.
Sejarah munggahan berkaitan erat dengan masuknya Islam ke tanah Sunda pada abad ke-7. Para penyebar Islam mengadaptasi nilai-nilai Islam ke dalam budaya setempat untuk mempermudah dakwah.
ADVERTISEMENT
Munggahan menjadi momen penting bagi masyarakat Sunda dalam mempersiapkan diri menghadapi bulan puasa dengan hati yang bersih dan penuh kebersamaan.
Dalam pelaksanaannya, munggahan biasanya diisi dengan berbagai kegiatan, seperti berkumpul bersama keluarga, makan bersama (botram), saling bermaafan, dan berdoa bersama.
Beberapa masyarakat juga melakukan ziarah ke makam leluhur untuk mendoakan mereka. Selain itu, ada tradisi membersihkan rumah dan tempat ibadah sebagai simbol kesiapan menyambut Ramadan.
Hidangan khas munggahan bervariasi tergantung daerahnya, namun umumnya masyarakat menyajikan makanan tradisional seperti nasi tumpeng, ikan bakar, dan aneka lauk khas Sunda.
Makan bersama dalam tradisi ini bukan hanya sekadar menikmati hidangan, tetapi juga menjadi momen mempererat hubungan keluarga dan komunitas.
Selain memiliki makna spiritual, munggahan juga menjadi ajang untuk memperkuat tali silaturahmi. Meskipun zaman terus berkembang, tradisi ini masih dilakukan, baik di kampung maupun di perkotaan, meskipun bentuknya bisa disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, munggahan tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Sunda sebagai warisan budaya yang penuh makna.
Itulah penjelasan mengenai sejarah munggahan, yang merupakan tradisi menyambut bulan Ramadan .