2 Ramadhan 1446 HMinggu, 02 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Sejarah Perkembangan Ekonomi Makro dari Masa Klasik hingga Modern

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
1 Maret 2025 12:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Perkembangan Ekonomi Makro, Pexels/Nataliya Vaitkevich
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Perkembangan Ekonomi Makro, Pexels/Nataliya Vaitkevich
ADVERTISEMENT
Sejarah perkembangan ekonomi makro dapat dibagi menjadi beberapa fase utama, mulai dari masa klasik hingga era modern.
ADVERTISEMENT
Sejak awal kemunculannya, ekonomi makro terus berkembang seiring dengan perubahan pola pikir, tantangan global, dan dinamika kebijakan ekonomi.
Perkembangan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk revolusi industri, krisis ekonomi, dan kemajuan teori ekonomi yang terus mengalami penyempurnaan.

Sejarah Perkembangan Ekonomi Makro

Ilustrasi Sejarah Perkembangan Ekonomi Makro, Pexels/Jakub Zerdzicki
Sejarah perkembangan ekonomi makro mencerminkan evolusi pemikiran dan kebijakan ekonomi dalam menjawab berbagai tantangan zaman.
Dari era klasik hingga modern, teori dan pendekatan dalam ekonomi makro terus berkembang seiring dengan perubahan kondisi sosial, politik, dan teknologi.
Dikutip dari p2k.stekom.ac.id, berikut merupakan sejarah perkembangan ekonomi makro dari masa klasik hingga modern.

1. Masa Ekonomi Klasik (Abad ke-18 hingga Awal Abad ke-19)

Pemikiran ekonomi klasik berkembang pada akhir abad ke-18 seiring revolusi industri.
Tokoh seperti Adam Smith dan David Ricardo menekankan produksi, distribusi, dan konsumsi sebagai dasar ekonomi. Mereka mengusung laissez-faire, meyakini pasar bebas mencapai keseimbangan tanpa intervensi pemerintah.
ADVERTISEMENT
Teori ini mengasumsikan full employment (hampir semua orang bekerja), menganggap gangguan ekonomi bersifat sementara. Namun, kelemahannya dalam menjelaskan pengangguran massal dan resesi mendorong lahirnya teori baru.

2. Peralihan ke Ekonomi Keynesian (1930-an)

Krisis 1930-an menunjukkan kelemahan teori klasik dalam menjelaskan ketidakstabilan ekonomi.
John Maynard Keynes menekankan permintaan agregat (total atau keseluruhan jumlah) sebagai faktor utama dalam menentukan hasil dari lapangan kerja.
Dalam resesi, peningkatan tabungan justru mengurangi konsumsi dan investasi (paradox of thrift), sehingga memperburuk ekonomi.
Keynes mendorong intervensi pemerintah melalui kebijakan fiskal untuk meningkatkan permintaan agregat dan mengurangi pengangguran.
Pandangan ini mengubah teori ekonomi makro, menegaskan peran aktif pemerintah dalam menstabilkan ekonomi.

3. Sintesis Neoklasik (1940-an hingga 1970-an)

Sejarah perkembangan ekonomi makro mencatat bahwa setelah munculnya teori Keynesian, para ekonom berupaya menggabungkannya dengan pendekatan mikroekonomi neoklasik, melahirkan sintesis neoklasik.
ADVERTISEMENT
Pendekatan ini menggunakan model IS-LM untuk menganalisis hubungan antara pasar barang dan pasar uang, serta kurva Phillips untuk menjelaskan hubungan antara inflasi dan pengangguran.
Sintesis neoklasik menjadi paradigma dominan dalam makroekonomi hingga tahun 1970-an.
Namun, teori ini mulai menghadapi tantangan besar ketika terjadi stagflasi (inflasi tinggi dan pengangguran tinggi secara bersamaan), yang bertentangan dengan prediksi kurva phillips.
Selain itu, kritik juga muncul karena teori ini dianggap kurang mempertimbangkan peran ekspektasi rasional dan dinamika jangka panjang dalam perekonomian.

4. Monetarisme dan Ekonomi Klasik Baru (1970-an)

Mengatasi kegagalan Keynesian, Milton Friedman memperkenalkan monetarisme, menekankan inflasi akibat pertumbuhan uang beredar berlebihan dan efektivitas kebijakan moneter.
Robert Lucas mengembangkan ekonomi klasik baru dengan ekspektasi rasional, menyatakan kebijakan fiskal kurang efektif.
Teori siklus bisnis riil menekankan fluktuasi ekonomi dipengaruhi perubahan teknologi, bukan permintaan agregat.
ADVERTISEMENT
Pendekatan ini mengembalikan fokus pada keseimbangan pasar, meski tetap menuai kritik.

5. Keynesian Baru dan Sintesis Neoklasik Baru (1980-an hingga Sekarang)

Menanggapi kritik, Keynesian baru mempertahankan peran permintaan agregat sambil mengadopsi ekspektasi rasional. Pendekatan ini mengenalkan sticky prices (harga yang sulit berubah), menjelaskan keterlambatan penyesuaian harga dan upah.
Dari sini lahir sintesis neoklasik baru, yang menggabungkan Keynesian baru dan ekonomi klasik baru.
Krisis keuangan 2008 kembali memicu kritik, mendorong gagasan ekonomi yang lebih fleksibel.
Sejarah perkembangan ekonomi makro ini menunjukkan evolusi teori dan kebijakan yang terus beradaptasi dengan tantangan zaman.
Dari teori klasik hingga modern, setiap pemikiran membentuk kebijakan ekonomi saat ini. Namun, dinamika global menuntut pendekatan yang lebih adaptif ke depan. (Rizki)
ADVERTISEMENT