Konten dari Pengguna

Sejarah Selendang Mayang, Minuman Tradisional Khas Betawi

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
14 Februari 2025 12:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Selendang Mayang, Unsplash/Rirri
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Selendang Mayang, Unsplash/Rirri
ADVERTISEMENT
Sejarah selendang mayang mencerminkan kekayaan kuliner khas Betawi. Minuman tradisional ini dahulunya mudah ditemukan di berbagai sudut Jakarta, terutama di daerah pemukiman Betawi.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, seiring perkembangan zaman, selendang mayang semakin sulit ditemukan.

Sejarah Selendang Mayang

Ilustrasi Sejarah Selendang Mayang, Unsplash/Boba Jaglicic
Dikutip dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, dalam sejarah selendang mayang, minuman yang satu ini sering dikaitkan dengan cerita rakyat Jampang Mayangsari.
Mayangsari terkenal dengan kecantikannya dan salah satu keunggulannya adalah rambutnya yang hitam panjang ikal. Banyak lelaki yang jatuh hati termasuk Jampang.
Ada pula yang mengaitkannya dengan perempuan yang memakai selendang dengan rambut hitam ikat dua, maka ada yang menyebutnya kue indah menawan. Bentuknya yang semua di loyang berlapis 3 warna lalu dipotong panjang seperti selendang.
Setelahnya dipotong kecil berbentuk wajik. Pada daerah tertentu, masyarakat juga menyebut minuman ini bendrong.
Dalam sejarah selendang mayang, minuman ini disebut selendang mayang karena setiap lapisan terdiri dari beberapa warna. Nama selendang mayang diketahui muncul karena bentuk jajanan ini sendiri.
ADVERTISEMENT
Kata ‘selendang’ dari selendang mayang diketahui berasal dari warna makanan yang berwarna hijau, putih, dan merah seperti selendang penari dan kata ‘mayang’ mempunyai arti kenyal dan manis. Warna-warna itu adalah warna-warna khas masyarakat Betawi.
Hal ini dapat dilihat dari pemilihan warna seperti merah yang berhubungan dengan Tiongkok, kuning yang merupakan warna khas Melayu, dan hijau yang diidentikkan berasal dari Arab.
Minuman ini ternyata telah mulai populer sejak tahun 1940-an. Selendang mayang juga pernah disebut-sebut menghilang selama puluhan tahun. Baru pada tahun 1990-an, minuman ini muncul kembali dan sering ditemukan di acara hajatan.
Melihat tradisi yang ada di daerah Betawi, selendang mayang biasanya disajikan saat pesta pernikahan. Selain itu juga sebagai menu takjil atau disajikan saat acara hajatan bernuansa budaya Betawi.
ADVERTISEMENT
Menyantap selendang mayang melambangkan kehangatan dan kemeriahan. Selain menyegarkan, minuman yang satu ini juga dapat mengurangi rasa lapar karena dibuat dengan bahan dasar tepung beras.
Sejarah selendang mayang membuktikan bahwa kuliner khas daerah memiliki cerita panjang yang layak untuk dilestarikan. Sebagai warisan budaya, minuman ini bukan sekadar pelepas dahaga, tetapi juga simbol identitas masyarakat Betawi. (Mey)