Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Sejarah Situs Malandang, Jejak Peradaban Kuno yang Penuh Nilai Budaya
18 Januari 2025 11:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tempat ini kini menjadi saksi bisu dari perjuangan seorang tokoh penting dalam sejarah Sumedang. Situs tersebut juga mulai dikenal sebagai destinasi religi yang menarik perhatian pengunjung.
Sejarah Situs Malandang
Sejarah situs Malandang memiliki kaitan erat dengan keberanian dan jasa besar seorang tokoh, Raden Agus Salam.
Mengutip dari laman sumedangkab.go.id, Raden Agus Salam merupakan putra dari Raden Kartadibrata Kusumahdinata, keturunan Susuhunan Sumedang Larang.
Raden Agus Salam dikenal sebagai kepala wilayah atau kepala cutak yang ditugaskan oleh Pemerintah Sumedang untuk mempersiapkan jamuan makan bagi serombongan pasukan Mataram.
Saat itu pasukan tersebut sedang bersiap-siap untuk berperang melawan VOC di Batavia pada abad ke-17.
Dalam peranannya sebagai kepala wilayah, Raden Agus Salam tidak hanya mengatur logistik, tetapi juga turut menyambut pasukan Mataram dengan penuh rasa hormat dan keramahtamahan.
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan mengapa situs ini begitu dihormati adalah karena jasa besar Raden Agus Salam dalam membabat alas dan membuka wilayah untuk dijadikan permukiman.
Keberaniannya dalam menjalankan tugas dan pengaruhnya yang besar pada masa Kerajaan Mataram membuatnya sangat disegani.
Bahkan, ketika pasukan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung datang, mereka merasa sangat nyaman dan terhormat dengan sambutan yang diberikan oleh Raden Agus Salam dan masyarakat setempat.
Selain itu, terdapat sebuah tradisi yang sangat dijunjung tinggi di Dusun Malandang yang terkait langsung dengan Raden Agus Salam.
Warga setempat sangat menjaga pantangan untuk tidak menyebutkan kata “Salam” sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur mereka. Pantangan ini berlaku hingga kini dan dipatuhi oleh semua warga.
ADVERTISEMENT
Hal ini karena dalam budaya Sunda , menyebut nama orang yang lebih tua atau dihormati tanpa embel-embel adalah hal yang tidak sopan.
Sehingga, pantangan tersebut terus dilestarikan sebagai wujud penghargaan terhadap sosok Raden Agus Salam yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat.
Situs Malandang tidak hanya sebagai tempat bersejarah, tetapi juga sebagai destinasi religi bagi masyarakat.
Banyak pengunjung yang datang untuk berziarah ke makam Raden Agus Salam, baik untuk mengenang jasa-jasa beliau maupun untuk menghormati leluhur mereka.
Dusun Malandang kini semakin dikenal sebagai desa adat Sunda yang masih memegang teguh ajaran leluhur.
Selain itu, situs ini juga menjadi simbol kearifan lokal dan budaya Sunda yang terjaga dengan baik, di mana setiap pengunjung diingatkan untuk selalu menghormati nilai-nilai sopan santun dan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur.
ADVERTISEMENT
Dengan sejarah yang kaya dan budaya yang kental, situs Malandang menjadi salah satu bagian penting dari warisan sejarah Kabupaten Sumedang.
Sejarah situs Malandang tetap terjaga hingga saat ini, menggambarkan pengaruh besar Raden Agus Salam dalam membentuk wilayah tersebut serta menjaga tradisi dan etika yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. (Khoirul)