Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Situs Selogending yang Terletak di Lumajang
10 Januari 2025 12:26 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Situs ini menyimpan berbagai cerita dan peninggalan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.
Dikutip dari jurnal Etnomatika pada Candi Selogending di Desa Kandangan sebagai Sumber Belajar Matematika Kelas IV Sekolah Dasar, Riski Ainurriza (2020:10), situs ini terletak di Dusun Selogending, Desa Kandangan, Kecamatan Senduro, Lumajang, Jawa Timur.
Sejarah Situs Selogending
Dikutip dari jurnal Etnomatika pada Candi Selogending di Desa Kandangan sebagai Sumber Belajar Matematika Kelas IV Sekolah Dasar, Riski Ainurriza, (2020:10-11), dalam sejarah Situs Selogending, tempat ini adalah petilasan orang sakti yang pernah bertapa di tempat tersebut yang kemudian mengalami murca.
Murca adalah jasad dan raganya menghilang karena terlalu lama bertapa.
Arti kata selogending berasal dari bangunan kuno yang terbuat dari batu. Kata selo berarti batu dan gending artinya tembang-tembang Jawa. Di dalam Situs Selogending terdapat 5 bangunan candi yang dikeramatkan oleh warga yang beragama Hindu.
ADVERTISEMENT
Kelima batu tersebut, yakni Selogending, Mbah Pukulun, Wadung Prabu, Linggasiwa, dan Mbah Tejo Kusumo.
Watu Selogending menunjukkan letak makam dari Mbok Saminten binti Tompokerso, Watu Mbah Pikulun menunjukkan letak makam Kemadi yang merupakan kepala desa pertama Desa Senduro, dan Watu Tedjo Gedang menunjukkan letak makam Mbok Erun.
Selain itu, Watu Sri Sedono menunjukkan letak makam dari Ratu Ayu Kuntho dan Watu Wadung Prabu menunjukkan letak makam Pangeran Prabunegoro atau Mas Ngabehi Wirio Hadi Kusumo.
Dalam sejarah Situs Selogending, setiap ada acara keagamaan atau ibadah, warga selalu memberi sesaji di tempat-tempat yang dikeramatkan. Adanya situs ini berawal dari warga Tengger yang sering melakukan spiritual terhadap Gunung Semeru.
Gunung Semeru diyakini memberikan kekuatan spiritual yang besar dan tempat tinggalnya nenek moyang yang akan melindungi anak cucunya.
ADVERTISEMENT
Maka, banyak warga yang memilih tinggal di daerah lereng gunung serta aliran sungai karena percaya bahwa gunung tersebut perlu dihormati untuk memberikan kemakmuran atas tanah subur di sekitarnya.
Dikutip dari situs p2k.stekom.ac.id, sebagai situs pemujaan, Situs Selogending mempunyai areal peribadatan seluas kurang lebih 5 hektare.
Gunung Semeru sebagai penjelmaan dari Gunung Meru yang terletak di India dihormati oleh masyarakat sejak lama. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan dari Prasasti Kumbolo yang ditulis pada tahun 1525 Masehi.
Prasasti Kumbolo mengisahkan perjalanan seorang pandita bernama Mpu Kameswara ke Gunung Semeru. Tujuan perjalanannya adalah untuk mencari air suci atau tirtayatra di kaki Gunung Semeru. Hingga saat ini diketahui ritual mencari air suci tetap dilestarikan.
ADVERTISEMENT
Dengan memahami sejarah situs Selogending, masyarakat tidak hanya mengenal perjalanan panjang sebuah peradaban tetapi juga merawat warisan budaya yang menjadi identitas bangsa. (Mey)