Konten dari Pengguna

Sejarah Tradisi Angpao saat Imlek bagi Suku Tionghoa

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
24 Januari 2025 16:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Tradisi Angpao saat Imlek bagi Suku Tionghoa, Pexels/RDNE Stock project
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Tradisi Angpao saat Imlek bagi Suku Tionghoa, Pexels/RDNE Stock project
ADVERTISEMENT
Sejarah tradisi angpao saat Imlek menunjukkan pentingnya berbagi kebahagiaan dan harapan baik di awal tahun baru.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari buku Majalah Adiluhung, Redaksi Majalah Adiluhung, 2020), menurut kepercayaan Tionghoa, tradisi bagi-bagi angpao dianggap bisa memperlancar rezeki di kemudian hari. Tradisi juga erat kaitannya dengan kemakmuran dan kesejahteraan.
Tradisi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek, mencerminkan nilai-nilai kehangatan keluarga, saling menghormati, dan kebersamaan yang erat dalam budaya Tionghoa.

Sejarah Tradisi Angpao saat Imlek

Ilustrasi Sejarah Tradisi Angpao saat Imlek , Pexels/RDNE Stock project
Sejarah tradisi angpao saat Imlek memiliki sejarah panjang yang berakar dari budaya Tiongkok kuno. Kata "angpao" berasal dari bahasa Mandarin "hong bao" yang berarti "amplop merah". Amplop merah ini melambangkan energi, kebahagiaan, dan keberuntungan.
Salah satu legenda yang melatarbelakangi tradisi ini adalah kisah tentang iblis jahat bernama Sui.
Menurut cerita, Sui muncul setiap malam Tahun Baru Imlek dan menyentuh kepala anak-anak yang sedang tidur, menyebabkan mereka jatuh sakit atau bahkan meninggal.
ADVERTISEMENT
Untuk melindungi anak-anak mereka, orang tua meletakkan delapan koin yang dibungkus dengan kertas merah di bawah bantal anak-anak mereka.
Ketika Sui datang, koin-koin tersebut berubah menjadi peri yang memancarkan cahaya terang, menakuti Sui dan melindungi anak-anak. Sejak saat itu, memberikan uang dalam amplop merah menjadi simbol perlindungan dan keberuntungan bagi anak-anak.
Tradisi ini telah berlangsung sejak zaman Dinasti Qin (sekitar 221–206 SM). Pada masa itu, angpao berupa koin berlubang yang diikat dengan benang merah, disebut yā suì qián, yang berarti "uang penolak bala".
Orang tua memberikan yā suì qián kepada anak-anak mereka untuk mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. Seiring waktu, bentuk yā suì qián berubah menjadi uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah seperti yang dikenal saat ini.
ADVERTISEMENT
Dalam tradisi Tionghoa, pemberian angpao tidak hanya dilakukan saat Imlek, tetapi juga pada acara-acara penting lainnya seperti pernikahan, ulang tahun, dan kelahiran.
Angpao dipercaya dapat membawa keberuntungan, kebahagiaan, dan keselamatan bagi penerimanya. Warna merah pada amplop melambangkan energi positif dan perlindungan dari hal-hal negatif.
Ada beberapa aturan dalam pemberian angpao. Biasanya, angpao diberikan oleh mereka yang sudah menikah kepada anak-anak atau mereka yang belum menikah.
Jumlah uang yang diberikan sebaiknya dalam angka genap, karena angka ganjil diasosiasikan dengan pemakaman atau suasana berkabung. Selain itu, angka 4 sering dihindari karena dalam bahasa Mandarin, pengucapannya mirip dengan kata "mati".
Sebaliknya, angka 8 dianggap membawa keberuntungan karena pengucapannya mirip dengan kata "makmur".
ADVERTISEMENT
Itulah penjelasan mengenai sejarah tradisi angpao saat Imlek bagi suku Tionghoa.