Konten dari Pengguna

Sejarah Tradisi Megibung yang Berasal dari Bali

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
14 Januari 2025 10:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Tradisi Megibung, Unsplash/Kharl Anthony Paica
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Tradisi Megibung, Unsplash/Kharl Anthony Paica
ADVERTISEMENT
Sejarah tradisi Megibung berakar dari budaya masyarakat Bali yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari situs isi-dps.ac.id, Megibung berasal dari kata dasar gibung yang mendapat awalan ‘me-’. Gibung berarti kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang, yaitu saling berbagi antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Awalan ‘me-’ berarti melakukan suatu kegiatan. Megibung sendiri adalah tradisi makan bersama yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Karangasem, Bali.

Sejarah Tradisi Megibung

Ilustrasi Sejarah Tradisi Megibung, Unsplash/Wahyu Ady
Dikutip dari situs indonesia.go.id dan v2.karangasemkab.go.id, diyakini oleh masyarakat Karangasem, sejarah tradisi Megibung berawal pada tahun 1614 caka atau tepatnya pada tahun 1692 masehi.
Saat itu, Karangasem sedang dalam ekspedisi menaklukkan raja-raja yang ada di tanah Lombok.
I Gusti Anglurah Ketut Karangasem, raja ke-VII Karangasem, ketika para prajuritnya sedang beristirahat makan, dia membuat aturan baru untuk makan secara bersama-sama atau yang saat ini dikenal dengan nama ‘Megibung’.
ADVERTISEMENT
Bahkan, dia sendiri konon ikut makan bersama-sama dengan para prajuritnya. I Gusti Anglurah Ketut Karangasem adalah raja Karangasem yang berhasil membawa kejayaan untuk Karangasem hingga akhir masa kekuasaannya pada abad ke-18 SM.
Dalam sejarah tradisi Megibung, Megibung dimulai dari memasak makanan khas tradisional Bali secara bersama-sama. Setelah selesai memasak, masyarakat kemudian menyiapkan makanan tersebut untuk disantap.
Ada beberapa etika yang perlu diperhatikan saat acara Megibung, seperti sebelum makan harus mencuci tangan terlebih dahulu, tidak menjatuhkan remah/sisa makanan dari suapan, dan tidak mengambil makanan di sebelah kita.
Tradisi Megibung ini dilangsungkan ketika ada upacara adat dan keagamaan di suatu tempat, terutama di daerah Karangasem, misalnya seperti ngaben, pernikahan, upacara 3 bulanan, dan hajatan lainnya.
ADVERTISEMENT
Meski aturan ini tidak tertulis tetapi hingga kini masih diikuti oleh peserta makan Megibung. Di Karangasem, tradisi Megibung secara maraton pernah dilakukan ketika awal pemerintahan Bupati Wayan Geredeg.
Megibung yang dilakukan pada 26 Desember 2006 lalu ini diadakan di Taman Sukasada Ujung dengan jumlah peserta 20.520 orang.
Sejarah tradisi Megibung menunjukkan betapa pentingnya menjaga warisan budaya sebagai pengingat akan nilai-nilai kebersamaan yang terus relevan hingga masa kini. (Mey)