Konten dari Pengguna

Sejarah Tradisi Methil yang Masih Dilakukan di Jawa

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
14 Januari 2025 11:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Tradisi Methil, Unsplash/Sandy Zebua
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Tradisi Methil, Unsplash/Sandy Zebua
ADVERTISEMENT
Sejarah tradisi Methil berakar dari kehidupan masyarakat agraris di Jawa, yang menggantungkan kehidupannya pada hasil bumi. Tradisi Methil ini telah menjadi tradisi masyarakat petani di tanah Jawa.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari situs suara.ngawikab.go.id, tradisi ini dilakukan petani saat panen padi, yang dimaknai sebagai wujud syukur atas keberhasilan panen padi yang dilakukan bersama masyarakat di daerahnya.

Sejarah Tradisi Methil

Ilustrasi Sejarah Tradisi Methil, Unsplash/Nuril Fikriyah
Dikutip dari situs disperta.madiunkota.go.id, dalam sejarah tradisi Methil, proses ini dimaksudkan untuk menjemput dewi padi yang dikenal dengan sebutan Dewi Sri Bagus Sudono sekaligus menandai dimulainya panen padi.
Ritual Methil adalah simbol rasa syukur kepada Allah Swt atas berkah dan karunia yang telah dilimpahkan dan kepercayaan masyarakat tentang adanya Dewi Sri atau Dewi Padi sebagai simbol dari kemakmuran.
Tradisi Methil yang dilakukan di sawah ini dipimpin oleh sesepuh desa atau tokoh setempat yang dipercaya mempunyai kemampuan untuk memimpin upacara adat.
Methil dilakukan setelah salat Subuh dan biasanya dihadiri oleh tetangga rumah dan tetangga pemilik sawah yang telah ada atau bekerja di sawahnya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari situs widodaren.ngawikab.go.id, tradisi ini dinamakan Methil karena ‘Mboyong Mbok Sri Saking Papan Kepanasan Mriki, Dipun Boyong Wonten Gedung Palereman’.
Dalam sejarah tradisi Methil, ini berarti ‘papan kepanasan’ adalah sawah dan ‘diboyong saking gedung palereman’ adalah berkah atau makanan yang dibuat acara Methil itu dibawa pulang ke rumah oleh pemilik sawah.
Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan berkah untuk keluarga. Tradisi ini dikenal sebagai bagian dari aktivitas panen padi, di mana masyarakat bersama-sama memotong padi di sawah menggunakan alat sederhana seperti ani-ani atau sabit kecil.
Methil tidak hanya menjadi kegiatan fisik tetapi juga sarat dengan makna spiritual dan sosial yang mendalam.
Dalam tradisi ini, masyarakat percaya bahwa keberhasilan panen bukan semata-mata hasil kerja keras manusia, tetapi juga berkat restu alam dan kekuatan ilahi.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, sebelum Methil dimulai, biasanya dilakukan ritual kecil berupa doa bersama atau persembahan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dan pelindung padi dalam mitologi Jawa.
Sejarah tradisi Methil mengajarkan bahwa keberhasilan tidak hanya datang dari kerja keras individu, tetapi juga dari kolaborasi, rasa syukur, dan penghormatan terhadap alam. (Mey)