Konten dari Pengguna

Tradisi Sadranan dan Rangkaian Kegiatannya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
9 Januari 2025 23:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tradisi sadranan. Sumber: Unsplash/Nova Kusady
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tradisi sadranan. Sumber: Unsplash/Nova Kusady
ADVERTISEMENT
Sadranan merupakan tradisi masyarakat Jawa yang dilakukan untuk menghormati leluhur sekaligus memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan. Tradisi Sadranan ini umumnya dilakukan oleh masyarakat di daerah pedesaan di Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman kebudayaan.jogjakota.go.id, Nyadran atau Sadranan adalah tradisi yang dilakukan oleh orang Jawa yang dilakukan di bulan Sya’ban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa) untuk mengucapkan rasa syukur.
Tradisi ini dilakukan secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur yang ada di suatu kelurahan.

Makna dan Asal-Usul Tradisi Sadranan

Ilustrasi tradisi sadranan. Sumber: Unsplash/Polina Kuzovkova
Nyadran atau tradisi Sadranan merupakan salah satu tradisi yang masih lekat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha” yang berarti keyakinan.
Tradisi Nyadran ini merupakan suatu kebudayaan yang mendoakan leluhur yang telah meninggal dan seiring berjalannya waktu mengalami perkembangan budaya, sehingga menjadi tradisi yang membuat berbagai macam seni budaya.
Nyadran dikenal juga dengan sebutan Ruwahan, karena kegiatannya dilakukan di bulan Ruwah. Tradisi Nyadran berdasarkan sejarahnya ini adalah suatu akulturasi budaya jawa dengan Islam.
ADVERTISEMENT
Nyadran atau Sadranan dilakukan oleh orang Jawa yang dilakukan di bulan Sya’ban (kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa).
Tujuan tradisi ini untuk sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia, mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian, juga menjadi darakan guna melestarikan budaya gotong royong.

Rangkaian Kegiatan Tradisi Sadranan

Ilustrasi tradisi sadranan. Sumber: Unsplash/Polina Kuzovkova
Sadranan dilakukan melalui beberapa rangkaian kegiatan yang unik. Berikut adalah beberapa tahapan utama dalam tradisi ini.

1. Melakukan Besik

Besik, yaitu pembersihan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan. Dalam kegiatan satu ini, masyarakat dan antar keluarga saling bekerjasama gotong-royong membersihkan makam leluhur.

2. Kirab

Kirab, merupakan arak-arakan peserta Nyadran menuju ke tempat upacara yang akan dilangsungkan.

3. Ujub

Ujub ini adalah menyampaikan maksud dari serangkaian upacara adat Nyadran oleh Pemangku Adat.
ADVERTISEMENT

4. Doa

Pemangku Adat akan memimpin kegiatan doa bersama yang ditujukan kepada roh leluhur yang sudah meninggal.

5. Kembul Bujono dan Tasyakuran

Setelah dilakukan doa bersama, dilanjutkan dengan makan bersama. Masyarakat menggelar Kembul Bujono atau makan bersama dengan setiap keluarga yang mengikuti kenduri, dan harus membawa makanana sendiri.
Makanan yang dibawa berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, urap sayur, sambal goreng ati, perkedel, tempe bacem dan sebagainya.
Tradisi Sadranan di atas menjadi wujud penghormatan dan rasa syukur, sekaligus menjaga keharmonisan antar masyarakat. (NOV)