Konten dari Pengguna

Sejarah Ziarah Kubur di Indonesia, Tradisi yang Masih Lestari hingga Kini

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
30 Maret 2025 8:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah ziarah kubur di Indonesia. Foto: Pexels.com/Arto Suraj
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah ziarah kubur di Indonesia. Foto: Pexels.com/Arto Suraj
ADVERTISEMENT
Sejarah ziarah kubur di Indonesia telah menjadi bagian dari tradisi keagamaan yang terus dipraktikkan hingga kini.
ADVERTISEMENT
Aktivitas ini tidak hanya sebagai penghormatan kepada orang yang telah meninggal, tetapi juga sebagai pengingat akan kehidupan setelah mati.
Masyarakat di berbagai daerah memiliki cara tersendiri dalam melaksanakan ziarah, yang kerap dipengaruhi oleh nilai budaya dan ajaran agama.

Sejarah Ziarah Kubur di Indonesia

Ilustrasi sejarah ziarah kubur di Indonesia. Foto: Pexels.com/Arina Krasnikova
Mengutip dari perpus.tebuireng.ac.id, sejarah ziarah kubur di Indonesia berakar dari tradisi nenek moyang yang sudah ada jauh sebelum masuknya Islam.
Praktik ini awalnya dilakukan oleh masyarakat Nusantara yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, di mana mereka menganggap roh leluhur memiliki peran dalam kehidupan sehari-hari.
Ziarah ke makam leluhur dilakukan sebagai bentuk penghormatan serta permohonan restu agar mendapatkan keberkahan dan perlindungan.
Ketika ajaran Hindu-Buddha masuk ke Nusantara, praktik ziarah kubur semakin berkembang dengan adanya ritual-ritual tertentu yang berhubungan dengan pemujaan terhadap arwah leluhur dan raja-raja yang dianggap sebagai dewa atau makhluk suci.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini berlanjut hingga zaman kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit dan Sriwijaya, yang memiliki tempat pemakaman khusus bagi keluarga kerajaan serta para petinggi istana.
Masuknya Islam ke Indonesia membawa perubahan besar dalam praktik ziarah kubur.
Para wali yang menyebarkan Islam, seperti Wali Songo, tidak serta-merta menghapus tradisi ini, tetapi mengarahkannya agar sesuai dengan ajaran Islam.
Ziarah kubur dalam Islam bukan lagi untuk meminta keberkahan atau pertolongan kepada arwah, tetapi sebagai bentuk doa kepada Allah agar mengampuni dosa orang yang telah meninggal.
Praktik ini kemudian semakin diterima oleh masyarakat dan menjadi bagian dari kehidupan keagamaan mereka.
Di berbagai daerah di Indonesia, ziarah kubur memiliki sebutan dan cara pelaksanaan yang berbeda.
Di Jawa, tradisi ini dikenal dengan istilah "nyekar," yang berasal dari kata "sekar" atau bunga, karena biasanya dilakukan dengan menaburkan bunga di atas makam.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Bugis dan Makassar menyebutnya sebagai "mallimbu" atau "mattudang-tudang," yang dilakukan dengan membaca doa dan ayat-ayat suci di makam keluarga.
Di Sumatra, terutama di kalangan masyarakat Minangkabau, ziarah dilakukan pada waktu-waktu tertentu, seperti setelah bulan Ramadan dan sebelum Hari Raya Idulfitri.
Dalam ajaran Islam, ziarah kubur memiliki dasar yang kuat, baik dari Al-Qur'an maupun hadis Nabi. Dalam surat At-Takatsur ayat 2, Allah berfirman, "Sampai kamu mengunjungi kuburan."
Ayat ini sering diartikan sebagai anjuran untuk merenungkan kematian agar seseorang tidak terlalu terikat pada kesenangan dunia.
Selain itu, Rasulullah saw juga pernah bersabda, "Aku dulu melarang kalian berziarah kubur, tetapi sekarang ziarahlah, karena itu akan mengingatkan kalian pada akhirat." (HR. Muslim).
Hadis ini menunjukkan bahwa ziarah kubur memiliki manfaat spiritual yang besar bagi umat Islam.
ADVERTISEMENT
Ziarah kubur di Indonesia juga sering dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
Menjelang bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri, banyak keluarga yang mengunjungi makam sanak saudara mereka untuk berdoa dan membersihkan pusara.
Kamis sore dan hari Jumat juga menjadi waktu yang sering dipilih, karena dianggap sebagai hari yang penuh berkah untuk berdoa bagi orang yang telah meninggal.
Beberapa makam ulama dan tokoh-tokoh penting Islam, seperti makam Sunan Gunung Jati di Cirebon atau makam Habib Lutfhi di Pekalongan, sering dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah sebagai bagian dari perjalanan spiritual mereka.
Meski memiliki dasar dalam ajaran Islam, praktik ziarah kubur di Indonesia tidak lepas dari perbedaan pendapat di kalangan ulama.
Beberapa kelompok menganggap bahwa ziarah kubur seharusnya dilakukan dengan niat mendoakan almarhum, bukan sebagai ritual yang dicampur dengan kepercayaan tertentu.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, pemahaman yang benar mengenai tata cara ziarah sangat diperlukan agar tradisi ini tetap sesuai dengan ajaran Islam dan tidak menyimpang ke arah yang bertentangan dengan syariat.
Masyarakat Indonesia terus menjaga tradisi ziarah kubur sebagai bagian dari kehidupan sosial dan keagamaan mereka.
Praktik ini bukan hanya sebatas ritual, tetapi juga memiliki nilai edukatif, yaitu mengingatkan manusia akan kefanaan hidup.
Seiring perkembangan zaman, ziarah kubur tetap menjadi bagian dari budaya yang diwariskan secara turun-temurun, menghubungkan nilai keislaman dengan kearifan lokal yang telah ada sejak lama.
Sejarah ziarah kubur di Indonesia menunjukkan bahwa tradisi ini tetap lestari sebagai bagian dari kehidupan spiritual masyarakat. (Khoirul)
ADVERTISEMENT