Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Tata Cara Tradisi Sadranan Menjelang Bulan Ramadan di Jawa
17 Juni 2024 20:29 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tradisi sadranan atau nyadran adalah tradisi yang dilaksanakan menjelang bulan Ramadan di Pulau Jawa. Tata cara tradisi sadranan dilakukan dengan membersihkan serta ziarah ke makam keluarga atau leluhur.
ADVERTISEMENT
Saputra dan Rinenggo dalam Eksistensi Tradisi Nyadran sebagai Penguatan Identitas Nasional di Tengah Modernisasi menyebutkan bahwa nyadran adalah tradisi yang dilakukan masyarakat muslim di Jawa untuk menyambut bulan Ramadan.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar tata cara tradisi sadranan, simak penjelasan lengkapnya dalam artikel berikut.
Sejarah Tradisi Sadranan
Sebelum mengetahui informasi lebih lanjut seputar tata cara tradisi sadranan, sebaiknya pahami dulu sejarahnya.
Jadi, sejarah tradisi sadranan atau nyadran berawal dari bahasa Sanskerta, yakni sraddha yang artinya keyakinan. Tradisi sadranan adalah budaya yang dilaksanakan sejak zaman leluhur, lalu diakulturasi agar sesuai dengan budaya Jawa dan syariat Islam. Maka dari itu, tradisi ini termasuk hal penting bagi orang-orang Jawa.
Adapun makna tradisi sadranan adalah untuk mengenang, mengenal, serta mendoakan leluhur yang sudah meninggal dunia dan memetik hal-hal baik yang telah dilakukan leluhur terdahulu. Tradisi nyadran juga dimanfaatkan masyarakat sebagai praktik gotong royong dan menjaga kerukunan antar masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tata Cara Tradisi Sadranan
Tradisi sadranan adalah tradisi yang dilaksanakan untuk menghormati leluhur, menunjukkan rasa syukur terhadap Tuhan, serta menyambut bulan Ramadan. Adapun beberapa tata cara tradisi sadranan adalah:
1. Doa Bersama
Salah satu tata cara tradisi sadranan adalah dengan melakukan doa bersama keluarga. Hal ini dilaksanakan di makam sambil berziarah. Selain dilaksanakan di hari yang sama dengan bersih-bersih makam, doa bersama juga dapat dilaksanakan sehari setelahnya.
Pelaksanaan doa bersama dilakukan untuk menunjukkan rasa syukur terhadap Tuhan serta mendoakan para leluhur maupun keluarga yang telah tiada.
2. Membersihkan Makam dan Ziarah
Tata cara tradisi sadranan berikutnya adalah dengan melakukan bersih-bersih serta ziarah di makam keluarga serta leluhur. Selama pelaksanaan bersih-bersih, umumnya masyarakat juga akan membawa hasil bumi guna diletakkan di pemakaman. Bukan hanya itu, masyarakat pun umumnya akan meletakkan sejumlah uang guna pembiayaan pengelolaan makam.
ADVERTISEMENT
3. Makan Bersama
Tata cara tradisi sadranan selanjutnya adalah makan bersama. Kegiatan ini akan dilaksanakan setelah pelaksanaan doa bersama dengan mengundang seluruh warga. Tujuan pelaksanaan makan bersama ini adalah untuk memperkuat ikatan tali persaudaraan.
Demikian penjelasan mengenai sejarah dan tata cara tradisi sadranan. [ENF]