Konten dari Pengguna

Tokoh yang Bercita-cita Ingin Mendirikan Negara Islam Indonesia

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
21 Desember 2023 23:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tokoh yang pertama kali bercita-cita ingin mendirikan Negara Islam. Sumber: Djamel Ramdani/pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tokoh yang pertama kali bercita-cita ingin mendirikan Negara Islam. Sumber: Djamel Ramdani/pexels.com
ADVERTISEMENT
Tokoh yang pertama kali bercita-cita ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) adalah SM Kartosoewirjo. Hal itu menjadi latar belakang terbentuknya NII tanggal 7 Agustus 1949.
ADVERTISEMENT
Suryana dalam Politik Hijrah Kartosuwiryo: Menuju Negara Islam Indonesia mengungkapkan bahwa upaya pendirian NII telah dilakukan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo sejak tahun 1946-1949.
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai tokoh yang pertama kali bercita-cita ingin mendirikan Negara Islam Indonesia, simak selengkapnya di artikel ini.

Kartosoewirjo, Pendiri Negara Islam Indonesia

Ilustrasi tokoh yang pertama kali bercita-cita ingin mendirikan Negara Islam. Sumber: Mikhail Nilov/pexels.com
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo atau SM Kartosoewirjo adalah salah satu tokoh Islam yang memimpin pemberontakan Darul Islam melawan pemerintah pada 1949-1962.
Di samping itu, Kartosoewirjo juga termasuk sebagai tokoh yang pertama kali bercita-cita ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). NII dibentuk pada 7 Agustus 1949 atas dasar kekecewaan dengan pemerintah pusat.
Di masa perang kemerdekaan Indonesia sejak tahun 1945-1949, Kartosoewirjo turut aktif bergabung. Sayangnya, dirinya memiliki sikap keras yang sering bertolak belakang dengan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Beberapa bentuk penolakannya adalah terkait Divisi Siliwangi yang melakukan long march ke Jawa Tengah. Pasalnya, perintah long march itu adalah dampak dari Perjanjian Renville. Itulah mengapa, Kartosoewirjo menolak tegas setiap perjanjian dengan Belanda.
Pasca peristiwa tersebut, Kartosoewirjo akhirnya mendirikan NII. Adapun beberapa daerah yang menyatakan diri untuk bergabung adalah Aceh, Jawa Barat, serta Sulawesi Selatan.
Pasca pembentukan NII tersebut, pemerintah pun melakukan operasi demi menangkap Kartosoewirjo. Namun, karena Kartosoewirjo tidak menginginkan hal itu, akhirnya terjadi perang gerilya melawan pemerintah pusat.
Perang tersebut bernama Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang berlokasi di Jawa Barat. Darul Islam juga mampu menguasai sepertiga wilayah Jawa Barat karena koordinasi militer pusat yang kurang. Bahkan, Darul Islam juga berhasil melayangkan serangan ke wilayah pinggiran Jakarta.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, pada 1959, Presiden Soekarno membentuk pemerintahan dengan sistem Demokrasi Terpimpin. Hal itu menjadi titik balik dari Darul Islam.
Kala itu, militer pusat menawarkan pilihan kepada DI untuk menyerah atau tewas di lokasi. Demi menanggapi pilihan tersebut, Kartosoewirjo pun mengumumkan Perang Total yang terjadi pada 1961.
Bahkan, Kartosoewirjo juga mengirimkan seorang anggotanya untuk melangsungkan aksi pembunuhan terhadap Presiden Soekarno saat salat Idul Adha. Namun, rencana tersebut gagal, hingga Kartosoewirjo berhasil ditangkap di Gunung Geber dekat wilayah Garut pada Juni 1962.
Setelah kejadian tersebut, pasukan DI pun menyatakan diri untuk menyerah pada Agustus 1962. Sementara itu, karena Kartosoewirjo melakukan aksi pemberontakan sekaligus percobaan pembunuhan, dirinya dijatuhi hukuman mati pada 5 September 1962.
ADVERTISEMENT
Demikian beberapa informasi seputar tokoh yang pertama kali bercita-cita ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). [ENF]