Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Tradisi Cap Go Meh Masyarakat Tionghoa: Sejarah hingga Sajiannya
15 September 2024 0:43 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Festival Cap Go Meh diadakan dan dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Festival ini sama meriahnya dengan Hari Raya Tahun Baru Imlek.
Tradisi Cap Go Meh sebagai Penutup Hari Raya Imlek
Tradisi Cap Go Meh, memang dilakukan sebagai penutup rangkaian Hari Raya Tahun Baru Imlek. Ada banyak fakta dan hal menarik yang dapat ditemui di Festival Cap Go Meh.
Berikut beberapa fakta dan juga hal menarik dari Festival Cap Go Meh, yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia, dikutip dari situs Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, dalam indonesia.travel.
1. Makna Cap Go Meh
ADVERTISEMENT
Hal ini memiliki arti bahwa masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari.
2. Sejarah Cap Go Meh
Cap Go Meh sendiri memiliki sejarahnya. Festival ini berawal dari sebuah ritual penghormatan kepada Dewa Thai Yi pada masa pemerintahan Dinasti Han pada abad ke-17.
Saat itu, upacara penghormatan yang sakral dilaksanakan secara tertutup di kalangan istana dan para raja di Tiongkok. Namun, ketika pemerintahan Dinasti Han berakhir, perayaan Cap Go Meh pun dikenal masyarakat umum dan dirayakan secara lebih luas oleh berbagai kalangan.
3. Kegiatan Festival Cap Go Meh
Dalam perayaan festival Cap Go Meh, dimeriahkan berbagai macam kegiatan. Biasanya kegiatan ini berfokus di kawasan pecinan, di mana terdapat vihara di dalamnya.
Di Festival Cap Go Meh, biasanya menghadirkan pula festival lampion. Lampion memiliki arti bagi masyarakat Tionghoa, yakni sebagai simbol keberuntungan, serta didominasi warna merah yang bermakna lambang kemakmuran, kebahagiaan, dan kesejahteraan.
ADVERTISEMENT
Festival lampion dalam perayaan Cap Go Meh, diyakini bahwa gelaran festival akan memberi jalan dan menerangi rezeki bagi kehidupan.
Pada gelaran Cap Go Meh, tentu saja hadir atraksi barongsai. Atraksi biasanya dilakukan di sepanjang jalan besar, dengan harapan dapat mengusir hal negatif dan juga membawa kesuksesan atau keberuntungan.
Di Indonesia sendiri, masyarakat keturunan Tionghoa punya tradisi yang lahir dari akulturasi budaya Nusantara. Misalnya, perayaan Cap Go Meh di Palembang, yang berfokus di Klenteng Hok Tjing Rio, Pulau Kemaro.
Kemudian di Salatiga, Jawa Tengah, ada kirab budaya, yang meriah dengan arak-arakan patung dewa, lengkap dengan pertunjukan budaya lokal.
4. Sajian di Festival Cap Go Meh
Festival dan perayaan tidak lengkap tanpa adanya aneka sajian. Di Festival Cap Go Meh, ada beberapa hidangan yang wajib ada dan dinikmati.
ADVERTISEMENT
Pertama, ada mi panjang umur, dengan panjang mi hampir 2 meter. Mi panjang umur ini jadi doa dan harapan untuk diberi kesehatan serta umur yang panjang.
Hidangan lain, yang harus ada di Festival Cap Go Meh adalah lontong Cap Go Meh. Hidangan ini merupakan makanan peranakan-Jawa. Diketahui, hidangan ini merupakan pengganti yuanxiao yang terbuat dari tepung beras.
Karena pada zaman dahulu yuanxiao sulit ditemukan, akhirnya para perantau dari Tiongkok, yang menikah dengan orang Indonesia, membuat hidangan lontong dengan anggapan memiliki makna yang mirip.
Seporsi lontong Cap Go Meh yang biasa dinikmati, umumnya terdiri dari lontong, ayam opor, sambal kentang, dan telur rebus.
Itulah ulasan mengenai tradisi Cap Go Meh, milik masyarakat Tionghoa . Tradisi ini dapat dilihat dan dirasakan masyarakat lainnya, pasalnya, gelaran yang meriah ini juga bisa disaksikan langsung. (Bren/F)
ADVERTISEMENT