Konten dari Pengguna

Tradisi Minum Tuak Pada Masa Mataram Kuno

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
21 Juni 2024 21:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tradisi Minum Tuak. Sumber: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tradisi Minum Tuak. Sumber: Unsplash
ADVERTISEMENT
Tradisi minum tuak menjadi suatu hal yang tak terlupakan pada berbagai momen pada masa Mataram Kuno.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Makanan Halal dan Thoyyib oleh Titis Sari dan Adelya Desi, tuak adalah jenis minuman yang mengandung alkohol terbuat dari nira kelapa atau pohon penghasil nira lainnya. Tuak umumnya memiliki kadar alkohol sekitar 4% dan sangat digemari masyarakat Indonesia.
Tradisi minum tuak pernah diterapkan pada masa Mataram Kuno.

Tradisi Minum Tuak Pada Masa Mataram Kuno

Ilustrasi Tradisi Minum Tuak. Sumber: Unsplash
Tuak merupakan jenis minuman beralkohol asal Nusantara. Minuman ini adalah hasil fermentasi dari beras, nira, atau bahan buah dengan kandungan gula. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tuak merupakan minuman yang dibuat dari kelapa atau siwalan yang diasamkan hingga beralkohol.
Kandungan alkohol di dalam tuak cenderung rendah. Sehingga untuk mendapatkan efek seperti jenis minuman alkohol lainnya harus meminum tuak dalam jumlah banyak. Sebagai bagian dari alkohol, tuak merupakan minuman psikoaktif yang dapat membuat tenang.
ADVERTISEMENT
Mulanya, tuak terlihat bekerja sebagai pembuat stimulasi sebab mengurangi rintangan dalam saraf. Namun setelahnya efek yang muncul adalah reaksi psikologis dan fisiologis. Apabila dikonsumsi berlebihan, maka akan mengancam kesehatan dan menyebabkan berbagai penyakit.
Banyak sumber tertulis yang membahas mengenai asal tuak di tanah Nusantara yang berasal sejak abad 10 sampai 14, yakni pada masa Kerajaan Mataram Kuno sampai Kerajaan Majapahit. Selain tuak, masih banyak jenis minuman beralkohol yang dikenal masyarakat.
Dalam berbagai prasasti, termasuk prasasti Taji (901 M) menjelaskan mengenai disuguhkannya tuak setelah prosesi penetapan sima. Prosesi tersebut dihadiri oleh para pejabat Mataram Kuno di tingkat pusat, desa, saksi, sampai para penduduk desa Taji.
Tuak maupun jenis minuman keras lainnya juga disajikan ketika menikmati pertunjukan maupun usai prosesi kutukan dan sumpah. Biasanya, minuman keras atau minuman dengan kandungan alkohol disebut dengan madya yang terbuat dari pohon palem atau sajeng.
ADVERTISEMENT
Nah itu dia sekilas pembahasan mengenai tradisi minum tuak pada masa Mataram Kuno.(LAU)