Konten dari Pengguna

Tradisi Omed-omedan, Ritual Saling Peluk dan Cium di Bali

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
14 September 2024 0:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tradisi Omed-omedan, Sumber: Dok. Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tradisi Omed-omedan, Sumber: Dok. Kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bali memang terkenal dengan beragam tradisi unik dan menarik. Salah satunya adalah tradisi Omed-omedan yang hanya ditemui di Banjar Kaja Sesetan, Desa Sesetan, Denpasar.
ADVERTISEMENT
Tradisi tersebut dikatakan unik karena terdapat ritual saling peluk, cium, dan tarik-menarik secara bergantian antara dua kelompok muda-mudi.
Dikutip dari Indonesiakaya, acara ini rutin dilaksanakan setahun sekali di hari pertama setelah Hari Raya Nyepi. Omed-omedan diperkirakan berlangsung dari abad ke-17 hingga saat ini.

Tradisi Omed-omedan

Ilustrasi Tradisi Omed-omedan, sumber: Dok. Kumparan
Berikut ini tradisi omed-omedan asal Banjar Kaja Sesetan, Desa Sesetan, Denpasar.
Suatu hari tradisi ini mulai jarang diadakan. Namun, tiba-tiba muncul dua ekor babi hutan di tengah desa yang saling bertarung.
Masyarakat setempat menganggap fenomena tersebut adalah pertanda buruk. Lalu, sesepuh desa pun segera berkumpul untuk menyelenggarakan Omed-omedan seperti biasa.
Setelah kejadian itu, ritual ini diadakan secara rutin dengan tujuan agar desa terhindar dari malapetaka. Mulanya, para muda-mudi dikelompokkan menjadi dua grup, yaitu grup pria (teruna) dan grup wanita (teruni).
ADVERTISEMENT
Sebelum ritual dimulai, seluruh peserta wajib mengikuti upacara dan doa persembahyangan terlebih dahulu di Pura Banjar. Setelah sembahyang, warga desa akan melihat pertunjukkan Tari Barong (barong babi) dengan tujuan mengingat kembali peristiwa.
Lalu kedua kelompok diminta baris dan saling berhadapan dengan dipandu oleh polisi adat (pecalang). Secara bergantian akan dipilih satu orang dari masing-masing kelompok untuk diarak dan baris paling depan.
Kedua kelompok ini akan saling beradu dan dua orang yang terpilih harus saling berpelukan.
Saat keduanya sedang berpelukan, masing-masing kelompok akan menarik kedua rekannya hingga terlepas. Apabila muda-mudi tidak bisa dilepaskan, maka panitia akan menyiram dengan air hingga basah kuyup.
Ketika pasangan muda-mudi saling bertemu di acara itu, ada kalanya mereka akan berpelukan hingga beradu pipi, kening, bahkan bibir.
ADVERTISEMENT
Ritual tersebut sering salah kaprah diartikan oleh masyarakat awam. Mereka menganggap Omed-omedan adalah tradisi ciuman massal dari Desa Sesetan.
Namun, sesepuh menjelaskan bahwa muda-mudi bertemu dalam kondisi singkat dan gaduh. Jadi kondisi ini tidak memungkinkan dinikmati secara mendalam.
Seiring berjalannya waktu, Omed-omedan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan sehingga warga setempat menjadikannya dalam sebuah festival tahunan dengan tajuk "Omed-omedan Cultural Heritage Festival".