Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Tradisi Seren Taun, Latar Belakang, dan Sejarahnya
9 Januari 2025 23:15 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain itu, tradisi ini juga dilestarikan untuk menjaga hubungan harmonis dengan alam, leluhur, serta Sang Pencipta.
Dikutip dari p2k.stekom.ac.id, Seren Taun masih dilestarikan hingga kini, khususnya oleh komunitas adat Sunda di beberapa wilayah seperti Kampung Naga, Cigugur, dan Cipta Gelar.
Tradisi Seren Taun: Latar Belakang dan Sejarahnya
Inilah penjelasan seputar tradisi Seren Taun dengan latar belakang dan sejarahnya.
1. Latar Belakang Tradisi Seren Taun
Nama “Seren Taun” berasal dari kata “sere” yang berarti selesai atau syukur, dan “taun” yang berarti tahun. Tradisi ini diadakan setiap akhir masa panen padi sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah.
Bagi masyarakat Sunda, padi bukan sekadar bahan pangan, tetapi juga memiliki nilai spiritual karena dianggap sebagai pemberian Dewi Sri, dewi kesuburan dalam kepercayaan tradisional Sunda.
ADVERTISEMENT
Dalam pelaksanaannya, Seren Taun juga menjadi momen untuk mempererat hubungan sosial antarwarga desa.
Seluruh masyarakat, tanpa memandang status sosial, bersama-sama mempersiapkan dan mengikuti rangkaian acara, yang meliputi ritual adat, doa, dan pertunjukan seni tradisional.
2. Sejarah Tradisi Seren Taun
Tradisi Seren Taun diyakini telah ada sejak zaman Kerajaan Sunda Pajajaran. Pada masa itu, masyarakat agraris sangat bergantung pada hasil pertanian, khususnya padi.
Raja-raja Sunda pun turut mendukung tradisi ini sebagai bagian dari penghormatan kepada leluhur dan alam.
Namun, saat masuknya pengaruh agama Islam dan modernisasi, tradisi ini sempat mengalami penurunan popularitas.
Meski demikian, beberapa masyarakat adat Sunda tetap mempertahankan tradisi ini sebagai bagian dari identitas budaya mereka.
Misalnya, di Kampung Cigugur, Kabupaten Kuningan, tradisi Seren Taun dilestarikan dengan penyesuaian tertentu agar relevan dengan perkembangan zaman, tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai aslinya.
ADVERTISEMENT
3. Rangkaian Acara Seren Taun
Tradisi Seren Taun biasanya dimulai dengan prosesi arak-arakan hasil panen, seperti padi dan hasil bumi lainnya, yang kemudian disimpan di leuit (lumbung padi).
Prosesi ini dilanjutkan dengan doa bersama, musik tradisional seperti angklung, tarian adat, dan upacara penyucian untuk memohon keberkahan di masa mendatang.
Tradisi ini tidak hanya menjadi bentuk pelestarian budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisata budaya yang membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.
Dengan tetap melestarikan Seren Taun, masyarakat Sunda menunjukkan bahwa warisan leluhur dapat hidup berdampingan dengan perkembangan zaman.
Tradisi Seren Taun adalah bukti bahwa hubungan manusia dengan alam dan budaya dapat menjadi harmoni yang indah, sekaligus pengingat akan pentingnya rasa syukur dan kebersamaan. (Aya)
ADVERTISEMENT