Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Tradisi Syawalan di Pekalongan dan Manfaatnya untuk Masyarakat
1 April 2025 16:25 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kota Pekalongan merupakan sebuah kota di pesisir pantai utara Provinsi Jawa Tengah. Ada sebuah tradisi Syawalan di Pekalongan yang menarik untuk diketahui. Tradisi ini juga memiliki manfaat untuk masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari situs web pekalongankota.go.id, Kota Pekalongan sendiri berbatasan dengan laut jawa di utara, Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat dan Kabupaten Batang di timur.
Pekalongan dikenal dengan julukan Kota Batik, yang berkaitan erat dengan sejarahnya. Sejak puluhan hingga ratusan tahun lalu, hingga saat ini, sebagian besar produksi batik di Pekalongan dilakukan di rumah-rumah.
Tradisi Syawalan di Pekalongan dan Manfaatnya
Masyarakat Kota Pekalongan, khususnya di daerah Krapyak memiliki tradisi Syawalan di Pekalongan yang unik. Mengutip dari situs web pekalongankota.go.id, ini adalah tradisi Lopisan atau Lopis Raksasa.
Tradisi ini diselenggarakan pada tanggal 8 Syawal, atau seminggu setelah jatuhnya Hari Raya Idulfitri.
Dikutip dari situs web repository.unusia.ac.id, Syawalan merupakan kebudayaan yang dipegang oleh masyarakat Kota Pekalongan.
ADVERTISEMENT
Kebudayaan ini pada dasarnya berfungsi sebagai sarana komunikasi yang digunakan untuk memanggil teman atau anggota keluarga yang berada di tempat yang jauh.
Tradisi ini awalnya diadakan secara sederhana di masjid-masjid oleh warga, khususnya di Desa Krapyak tepat setelah menjalankan puasa Syawal selama 6 hari setelah hari raya Idulfitri.
Tradisi ini bermanfaat dalam memperkuat silaturahmi dan persatuan dalam masyarakat. Nilai solidaritas sosial yang terkandung dalam tradisi ini tercermin dalam keharmonisan antar umat beragama dalam menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis.
Tradisi Syawalan ini juga membangun kebersamaan sesama warga, khususnya di
Pekalongan rukun satu sama lain serta menjaga silaturahmi yang mencerminkan rasa persatuan dan kesatuan antara warga setempat dengan warga lain diluar Pekalongan.
ADVERTISEMENT
Tradisi Syawalan di Pekalongan sudah menjadi kebiasaan masyarakat sebelumnya, maka tradisi tersebut turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa. Hal ini menggambarkan hubungan yang sudah erat antara budaya dan agama.
Tradisi Syawalan di Pekalongan telah berlangsung sejak era penjajahan Belanda dan diperkirakan bermula pada tahun 1855 M.
Tradisi ini dipelopori oleh KH. Abdullah Sirodj, yang menurut silsilahnya merupakan keturunan Bahurekso, tokoh legendaris dalam sejarah Babad Pekalongan.
Demikianlah penjelasan tentang tradisi Syawalan di Pekalongan dan manfaatnya untuk masyarakat. Tradisi ini telah menjadi adat dan budaya khas Pekalongan. (IF)