Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Tradisi Waisak di Indonesia yang Penuh Makna dan Keunikan
10 Mei 2025 20:26 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tradisi Waisak di Indonesia merupakan warisan budaya spiritual yang terus dilestarikan oleh umat Buddha dari berbagai daerah. Perayaan ini berlangsung setiap tahun dan selalu disambut dengan penuh penghormatan dan suka cita.
ADVERTISEMENT
Makna dari momen Waisak tidak hanya bersifat religius, tetapi juga menyatukan umat dalam harmoni dan refleksi diri.
Tradisi Waisak di Indonesia
Tradisi Waisak di Indonesia merupakan serangkaian kegiatan keagamaan dan budaya yang mencerminkan nilai-nilai luhur ajaran Buddha.
Mengutip dari bimasbuddha.kemenag.go.id, Waisak adalah hari suci umat Buddha yang memperingati tiga peristiwa agung, yakni kelahiran Siddharta Gautama, pencapaian Penerangan Sempurna, dan wafatnya sang Buddha.
Ketiga peristiwa ini disebut Tri Suci Waisak dan menjadi dasar dari seluruh rangkaian tradisi yang dijalankan.
Penanggalan Waisak ditentukan berdasarkan metode Purnama-Sidhi, mengacu pada perhitungan luni-solar, sehingga tanggalnya berubah setiap tahun.
Untuk mengenang makna suci Waisak, umat Buddha di Indonesia melaksanakan berbagai tradisi sebagai bentuk penghormatan spiritual.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah sejumlah tradisi yang dijalankan dengan penuh khidmat dalam suasana yang sarat nilai keagamaan.
1. Pengambilan Api Dharma dan Air Berkat
Tradisi ini diawali dengan ritual pengambilan Api Dharma dari Mrapen, Purwodadi dan Air Berkat dari Umbul Jumprit di Temanggung. Kedua elemen tersebut memiliki makna simbolis sebagai penerang kehidupan dan kesucian jiwa.
Setelah diambil oleh para Bhikkhu, keduanya dibawa dengan prosesi khusyuk menuju Candi Mendut untuk disemayamkan.
Kemudian, pada hari puncak Waisak, Api Dharma dan Air Berkat dipindahkan menuju Candi Borobudur sebagai pusat upacara utama Waisak nasional.
2. Kirab Agung Amisa
Kirab ini dilaksanakan dengan rute berjalan kaki dari Candi Mendut ke Candi Borobudur oleh para Bhikkhu dan umat Buddha. Prosesi tersebut membawa serta Api Dharma dan Air Berkat yang sebelumnya telah disemayamkan.
ADVERTISEMENT
Sepanjang perjalanan, para peserta kirab bermeditasi dan melantunkan paritta sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Buddha.
Sesampainya di Borobudur, kegiatan dilanjutkan dengan puja bakti dan pradaksina, yakni ritual mengelilingi candi sebanyak tiga kali searah jarum jam.
3. Pindapata
Pindapata adalah tradisi pemberian dana makanan dan keperluan sehari-hari kepada para Bhikkhu oleh umat Buddha. Tradisi ini mencerminkan praktik cinta kasih dan pengorbanan dalam kehidupan bermasyarakat.
Para Bhikkhu berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain sambil membawa mangkuk derma (patta), lalu umat memberikan sedekah secara sukarela.
Tradisi ini masih hidup di beberapa wilayah meskipun tidak semasif seperti masa lalu, namun tetap dipertahankan dalam momentum Waisak.
4. Festival Candi Muaro
Di Provinsi Jambi, perayaan Waisak dipusatkan di kompleks Candi Muaro Jambi yang menjadi lokasi bersejarah bagi umat Buddha. Ribuan umat berkumpul untuk melaksanakan sembahyang, meditasi, dan ritual pradaksina di sekitar candi.
ADVERTISEMENT
Rangkaian acara puncak ditandai dengan pelepasan lampion yang dilakukan pada dini hari, menciptakan suasana magis dan penuh harapan. Festival ini menjadi daya tarik besar dan perayaan Waisak terbesar kedua setelah di Borobudur.
5. Lentera Puja
Lentera Puja merupakan pelepasan lampion ke langit malam yang dilakukan serentak oleh umat Buddha sebagai penutup perayaan Waisak.
Tradisi ini melambangkan pelepasan hal-hal negatif dan pengharapan baru untuk masa depan yang lebih damai.
Lampion yang terbang membawa doa serta harapan pribadi setiap umat Buddha yang meyakini makna spiritual dari ritual ini. Pelepasan dilakukan dengan penuh kekhusyukan di berbagai lokasi, terutama di sekitar candi atau vihara.
Itulah beberapa tradisi Waisak di Indonesia yang masih dilestarikan hingga kini oleh umat Buddha. Tradisi ini bukan hanya menjadi bentuk ibadah, tetapi juga warisan budaya yang memperkaya keragaman spiritual bangsa. (Suci)
ADVERTISEMENT