Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Konten dari Pengguna
Tragedi Kapal Sewol, Kisah Tragis yang Mengguncang Dunia
4 Januari 2025 13:40 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tragedi kapal Sewol menjadi salah satu peristiwa yang paling memilukan dalam sejarah Korea Selatan. Peristiwa ini tidak hanya merenggut ratusan nyawa, tetapi juga mengungkap berbagai kelalaian yang seharusnya dapat dicegah.
ADVERTISEMENT
Tragedi ini menyisakan luka mendalam dan menjadi pelajaran penting bagi dunia transportasi.
Tragedi Kapal Sewol
Mengutip dari english.hani.co.kr, tragedi kapal Sewol terjadi pada 16 April 2014 saat kapal feri ini tenggelam di perairan Korea Selatan .
Kapal yang berlayar dari Pelabuhan Incheon menuju Pulau Jeju ini mengangkut 476 penumpang, termasuk kru dan 325 siswa SMA Danwon yang tengah melakukan perjalanan studi.
Sayangnya, perjalanan yang seharusnya menjadi pengalaman berharga bagi para siswa berubah menjadi tragedi kelam.
Penyebab utama tenggelamnya kapal ini adalah renovasi yang tidak sesuai standar keselamatan. Kapal Sewol dimodifikasi untuk menambah kapasitas muatan, namun perubahan tersebut mengganggu keseimbangan kapal.
Dengan stabilitas yang menurun, kapal menjadi rentan terhadap guncangan kecil sekalipun. Muatan yang dibawa juga tidak diikat dengan benar, sehingga saat kapal mulai miring, barang-barang tersebut bergeser dan memperparah kemiringan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, hasil investigasi menunjukkan bahwa pintu kedap air dan lubang got di dek E dibiarkan terbuka.
Protokol keselamatan mengharuskan pintu-pintu tersebut ditutup untuk mencegah air masuk ke bagian dalam kapal.
Simulasi yang dilakukan oleh panel investigasi memperlihatkan bahwa kapal bisa tetap mengapung lebih lama jika pintu dan lubang tersebut ditutup sesuai prosedur.
Waktu tambahan ini seharusnya cukup untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa. Sayangnya, kelalaian teknis ini diperburuk oleh keputusan keliru dari awak kapal. Kapten kapal, Lee Joon Seok, meninggalkan kapal lebih dulu tanpa memimpin evakuasi.
Penumpang, terutama para siswa SMA, tidak diberi arahan yang jelas dan dibiarkan terjebak di dalam kapal yang semakin tenggelam.
Tindakan ini memicu kemarahan publik, hingga akhirnya kapten kapal dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, sementara kru lainnya mendapatkan hukuman penjara lebih ringan.
ADVERTISEMENT
Tragedi yang menimpa kapal feri Sewol juga menjadi cermin dari lemahnya pengawasan dalam industri transportasi.
Beban muatan yang tidak sesuai kapasitas, sistem keselamatan yang diabaikan, dan kurangnya pelatihan darurat bagi awak kapal adalah beberapa penyebab utama yang seharusnya bisa diantisipasi.
Dalam kondisi darurat, respons yang cepat dan tepat sangat penting, tetapi pada kasus ini, hal tersebut justru menjadi kelemahan fatal.
Kapal Sewol tenggelam dalam waktu 101 menit setelah mulai miring. Selama waktu itu, banyak penumpang tidak menyadari bahaya yang sedang mengancam, karena pengumuman awal meminta mereka untuk tetap berada di tempat.
Padahal, tindakan evakuasi seharusnya dimulai sejak awal kemiringan terdeteksi. Situasi ini menunjukkan bahwa komunikasi darurat yang efektif adalah hal penting yang juga diabaikan.
ADVERTISEMENT
Tragedi ini meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Korea Selatan, terutama keluarga korban. Dari 476 penumpang, 304 orang meninggal dunia, sebagian besar adalah siswa SMA Danwon.
Pemerintah Korea Selatan kemudian mengambil langkah-langkah pencegahan, termasuk memperketat regulasi keselamatan maritim dan mewajibkan pelatihan keselamatan seperti berenang bagi siswa sekolah.
Tragedi kapal Sewol menjadi pengingat bahwa kelalaian dalam keselamatan transportasi tidak hanya merugikan secara materi, tetapi juga merenggut nyawa.
Peristiwa ini mengajarkan pentingnya mematuhi standar keselamatan dan memberikan pelatihan yang memadai kepada seluruh pihak yang terlibat. (Shofia)