Benarkah 'Dukun Politik' Lagi Kalem?

Yudhi Andoni
Sejarawan. Dosen Sejarah Universitas Andalas, Padang.
Konten dari Pengguna
4 Oktober 2023 14:23 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yudhi Andoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dukun. Foto Simply Amazing/ Shuttttertock.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dukun. Foto Simply Amazing/ Shuttttertock.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak ada lagi riuh para dukun politik dalam helat Pemilu 2024. Mereka konon. sebut teman yang mengerti dunia perdukunan, sedang kalem. Para dukun politik kita tak lagi heboh seperti tahun-tahun sebelumnya. Apakah daun sirih dan kemenyan tak lagi menyembur dari mulut para dukun politik itu?
ADVERTISEMENT
“Atau loe saja yang kurang update!” membilang teman lain. Saya pun ia minta buka majalah-majalah ilmu gaib yang selama ini tetap beredar di toko-toko buku meski mulai redup satu-satu.
Dulu sekali, entah tahun ke berapa, kala masih masuk menelusuri toko-toko komik langganan di Padang, majalah-majalah misteri dan alam gaib banyak bergantungan di depan lapak-lapak komik itu. Gambar covernya sangat atraktif dan menarik. Judulnya pun menegakkan bulu roma.
Rata-rata, meski sekilas saya baca, judul-judul majalah itu memuat beragam pesugihan, hantu, berita artis dan pengalamannya dengan dunia gaib, dan serba-serbi perdukunan. Apabila masa kampanye, maka bertebaran iklan tentang dukun yang dapat membantu para caleg untuk naik.
Dukun-dukun itu memberi kesaksian keampuhan ilmunya. Redaksi majalah perdukunan itu pun dengan cerdas merangkai naskah yang membuat pembacanya yakin akan kemampuan “dukun politik”. Tapi tak tahu jua saya apakah para caleg yang memakai jasa “dukun politik” ini berhasil naik.
ADVERTISEMENT
Justru biasanya banyak majalah misteri dan alam gaib itu mengulas caleg kalah yang gila. Mereka menyusun narasi asal kegilaan itu karena sang dukun di baliknya kekalahannya dari lawan politiknya, tak lain tersebab ia pun ternyata memiliki dukun lebih ampuh.
Dukun adalah fenomena umum berusia ratusan tahun di negeri kita. Salah satu film perjuangan, yang dibintangi HIM Damsyik sebagai dukun, turut melawan Jepang di tahun 1945. Ia kebal. Gagah ia berjalan dan menaiki pagar tinggi guna menaikkan bendera merah putih di depan gedung pejabat Jepang. Sayang kala ia memanjat pagar besi itu, jimat kebalnya tersangkut.
Ketika “dukun hero” kita ini dengan jemawa mendatangi tiang bendera. Ia pun diberondong senjata tentara Jepang. Ia pun tersungkur tak percaya. Tapi penuh perjuangan ia berhasil menarik tali tiang bendera menaikkan merah-putih. Sayang baru setengah tiang, “dukun hero” kita ini wafat. Tapi keberanian serta pengorbanan Sang Dukun telah memantik kemurkaan rakyat sehingga tanpa rasa takut massa mendobrak pintu besi dan melucuti tentara Jepang.
ADVERTISEMENT
Jimat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia merupakan hal lumrah. Hampir semua aktivitas masyarakat memiliki nuansa “perjimatan”.
Para pedagang akan menggunakan jimat untuk pelaris, atau mencegah Tuyul mengambil uang mereka. Mereka kadang juga memakai jimat penangkal agar dagangan mereka tidak dapat “kabaji” atau kesialan dari pedagang yang iri.
Saya sendiri pernah disuruh pakai jimat kala menghadapi ujian kenaikan kelas waktu duduk di bangku sekolah menengah atas dulu. Jimat ini bukan kertas berisi tulisan-tulisan kecil yang berisi catatan sekolah dan dilipat kecil-kecil. Jimat saya ini lebih manjur kata dukun yang memberikan pada saya.
Ilustrasi daun sirih. Foto Hafiz Projeck/Shutterstock.
Satu hari saya akan menghadapi ujian kenaikan kelas, dan diminta mencari tujuh daun sirih yang batang daunnya tidak berselisih. Tujuh daun itu kemudian dimantra-mantrai si dukun. Tujuh itu menandai tujuh hari ujian.
ADVERTISEMENT
Syarat pemakaian daun sirih ini adalah memakannya setelah sarapan pagi. Setelah makan siri satu helai, langkah dengan kaki kanan, dan jangan pernah menengok ke belakang. Kalau saya menoleh sedikit saja ke belakang, maka kemanjuran sirihnya akan hilang. Tapi sebelum sirih saya makan, ia perlu diasapi kemenyan yang sudah dimantrai-mantrai juga.
Jadilah saya pagi itu memakan siri rasa asap kemenyan. Meski kelat, perih di lidah, dan melilit di perut tak lama memakannya, saya pun melangkah yakin menghadapi ujian hari itu. Hari kedua kembali makan sirih berasap kemenyan. Lidah dan perut pun meski tak nyaman tetap dapat menerima. Namun pas hari ketiga, lidah dan perut saya tak lagi kompromi dengan sirih berasap kemenyan itu.
ADVERTISEMENT
Setelah memakainya, menahan sakit perut selama di angkot, akhirnya apa yang bergejolak di “kampung tengah” ini minta keluar. Tergopoh-gopoh saya ke belakang menumpahkan semuanya. Alhasil ketika pengumuman penerimaan rapor, saya pun jadi juara 3. Apakah gegara saya cuma makan sirih asap kemenyan yang cuma tiga? Entahlah.
Dunia politik kita juga tak kalah angker. Para dukun politik menawarkan banyak hal untuk para aktor politik. Mereka menawarkan benda seperti cincin, gelang, atau kalung yang memiliki kekuatan perbawa dan kewibawaan.
Jadi bila kisanak melihat ada cincin antik berwarna merah, hitam, atau biru. Bisa saja cincin itu membawa kharisma dan aura keseganan bagi orang-orang sekitar si pemakai.
Lainnya para dukun politik menawarkan “proteksi” di belakang layar. Seorang politisi memiliki banyak lawan, baik dari luar partai atau sesamanya. Terkadang ada “kiriman gaib” yang membuat lawan-lawan politiknya gagap, tiba-tiba sakit saja pada hari-H pemilihan, dan sebagainya. Itu artinya dia lagi diserang musuhnya melalui “kiriman gaib”. Oleh karena itu, para dukun politik pun menawarkan perlindungan pada politisi yang mau memakai jasanya.
ADVERTISEMENT
Namun pada Pemilu 2024 kali ini tampaknya para dukun politik itu lagi kalem. Mereka terlihat tak lagi unjuk iklan diri. Barangkali sudah sama-sama tahu siapa dan ke mana akan datang dan meminta “barang gaib” itu.
Mahar? Tentu ada bayaran untuk semua “infra-supra-struktur perdukunan” itu. Berapa? Biasanya ada tarif khusus. Konon dukun hebat itu tak menawarkan tarif.
“Itu baru orang berilmu,” sebut kawan tadi.