Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Wet Scrubber Sebagai Upaya Sustainable Development Goals Dalam Industri Tekstil
20 September 2023 5:47 WIB
Tulisan dari Sekarsari Sugihartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selain menjadi salah satu industri strategis yang menyumbang banyak pemasukan bagi negara, industri tekstil juga merupakan penyumbang polusi cukup besar, bahkan nomor dua terbesar di seluruh dunia. Pasalnya, pertumbuhan industri tekstil melaju sangat pesat terhitung mulai tahun 1986 hingga sekarang sebagai salah satu penyumbang devisa negara terbesar dari sektor nonmigas. Tidak hanya itu, industri TPT Indonesia juga merupakan salah satu produsen tekstil terbesar di dunia dikarenakan produk dari Indonesia sangat beragam baik dari hulu sampai ke hilir. Industri tekstil juga secara tidak langsung mampu meningkatkan industri padat karya dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 3,58 juta lapangan kerja terhitung pada tahun 2022 lalu. Untuk sekarang ini, Pemerintah berupaya untuk memulihkan industri TPT yang juga terkena dampak pandemi Covid-19 serta memajukan teknologi guna meningkatkan daya saing produk Indonesia yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Dengan ditetapkannya industri tekstil sebagai salah satu Prioritas Industri 4.0, diharapkan ekosistem perekonomian tekstil Indonesia dapat pulih dan tetap maju hingga mampu memiliki daya saing yang lebih tinggi di era goncangan perang dagang antara China dan Amerika Serikat.
Salah satu dari visi dan misi dari Industri 4.0 adalah mengenalkan teknologi untuk membantu mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi energi. Untuk sekarang ini, teknologi yang sudah digunakan oleh beberapa perusahaan tekstil di Indonesia adalah mesin “Wet Scrubber”. Mesin ini adalah salah satu dari bentuk teknologi Industrial Scrubber. Teknologi ini adalah sistem penyaringan polusi yang memanfaatkan zat padat (Dry Scrubber), dan air atau cairan lainnya (Wet Scrubber) untuk menghilangkan polutan gas dan bau dari aliran pembuangan. Secara umum, keuntungan utama dari Industrial Scrubber meliputi:
ADVERTISEMENT
- Memproses gas pembakar berisiko rendah
- Kemampuan untuk menangani aliran gas bersuhu tinggi dan lembab tanpa batasan suhu atau masalah kondensasi
- Persyaratan ruang yang kecil berarti biaya modal yang lebih rendah serta fleksibilitas lokasi
- Tidak ada sumber debu sekunder dikarenakan setelah partikel terkumpul, partikel tersebut tidak dapat keluar dari hopper atau selama pengangkutan
- Kemampuan menyerap gas dan partikel padat melalui satu perangkat
- Kemampuan untuk menetralkan gas korosif
Air merupakan pelarut yang paling umum digunakan dalam teknologi Wet Scrubber. Dalam bentuk paling dasar dari wet scrubber, air dikemas dalam wadah logam atau komposit lalu gas yang terkontaminasi dipindahkan melalui air, kemudian air menyerap kontaminan sehingga sebagai hasilnya gas bersih akan keluar dari scrubber kemudian menyerap kontaminan, dan gas bersih keluar dari scrubber.
Berdasarkan dari fenomena dari penggunaan teknologi Industrial Scrubber ini, diharapkan dapat mencapai beberapa dari Sustainable Development Goals, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Industry, Innovation, and Infrastructure
2. Sustainable Cities and Communities
3. Affordable and Clean Energy
4. Clean Water and Sanitation
Apabila banyak perusahaan yang makin mengimplementasikan teknologi Scrubber, maka polusi dari industri tekstil tentunya akan berkurang, sehingga dapat menciptakan ekosistem lingkungan kerja serta lingkungan hidup yang lebih sehat. Memang masih banyak skeptisme yang muncul terkait penggunaan teknologi baru ini, dengan harga yang dinilai lumayan tinggi, perlunya edukasi dan implementasi kepada tenaga kerja terkait teknologi baru ini, dan lain-lain. Diharapkan dengan adanya program Prioritas Industri 4.0, maka industri TPT Indonesia dapat membaik serta dapat menyerap banyak manfaat dari upaya-upaya dan teknologi baru yang masuk sehingga dapat diserap secara merata bagi kemakmuran rakyat. Perlu adanya hubungan yang kondusif serta koordinatif antara para pemangku kepentingan, perangkat negara, para pelaku industri TPT Indonesia, serta masyarakat untuk kembali menciptakan ekosistem perekonomian tekstil yang sehat.
ADVERTISEMENT
Live Update