Konten dari Pengguna

Perlawanan Masyarakat Islam Singaparna yang Dipimpin KH Zainal Mustafa

selametsupriyono
perkenalkan nama saya Selamet Supriyono, saya sedang berkuliah di Universitas Negri Semarang jurusan Pendidikan Sejarah.
2 April 2022 12:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari selametsupriyono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber:Dok Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber:Dok Pribadi
ADVERTISEMENT
Jepang datang ke Indonesia pada tanggal 11 Januari 1942 dan mengaku sebagai kawan Indonesia, kedatangan Jepang awalnya sangat disambut dan disegani oleh pribumi Indonesia, namun tidak sedikit pula pribumi Indonesia yang tidak menyukai kedatangan Jepang di Indonesia terutama dari pihak ulama-ulama Islam di Indonesia hal itu dapat dibuktikan dengan penolakan seikerei, seikerei adalah sebuah penghormatan terhadap kaisar Jepang yang dianggap sebagai anak atau jelmaan dewa matahari yang disebut Amaterasu oleh orang Jepang, penghormatan tersebut dilakukan dengan cara membungkukkan badan kearah bendera Jepang. Selain itu, sifat Jepang yang sewenang-wenang terhadap kaum pribumi juga merupakan faktor terjadinya perlawanan-perlawanan di Indonesia, salah satunya perlawanan yang dilakukan masyarakat Singaparna.
ADVERTISEMENT
Perlawanan Singaparna ini dipimpin oleh seorang Ulama sekaligus pemilik pesantren Sukamanah yang bernama KH Zainal Mustafa, beliau adalah orang yang menolak paham fasisme sehingga, secara tidak langsung beliau sudah tidak suka terhadap Jepang yang merupakan negara fasis pada waktu itu selain Jerman dan Italia. Beliau selalu mengingatkan para santrinya agar tidak terpengaruh oleh propaganda yang dibawa oleh Jepang dan mengingatkan agar tidak melakukan seikerei. Seikerei dianggap sebagai perbuatan yang tidak sesuai kaidah Islam dan juga dianggap perbuatan yang menyekutukan Allah SWT.
Tanggal 25 Februari 1994 KH Zainal Mustafa didatangi oleh 4 orang Jepang, para orang Jepang itu mendatangi beliau dengan sifat arogan agar beliau mau ikut dan dibawa menghadap pemerintahan Jepang di Tasikmalaya. Sifat arogan para orang Jepang itu membuat marah para santri yang akhirnya terjadi kerusuhan yang menewaskan 3 orang Jepang dan 1 berhasil lolos dan melapor pemerintahan untuk meminta bantuan yang akhirnya menyebabkan terjadinya perlawanan Singaparna. Saat 1 orang Jepang lolos KH Zainal tidak tinggal diam, beliau menyiapkan para santri dan menyiapkan senjata tradisional seperti golok dan bambu runcing untuk berperang.
ADVERTISEMENT
Akhir dari perlawan dimenangkan oleh pihak Jepang yang unggul dari persenjataan yang berupa senapan, selain itu pihak K.H. Zainal kalah dalam jumlah yang banyak bahkan dalam peperangan ada pula pihak Indonesia yang pro terhadap pemerintah Jepang karena hal itu K.H. Zainal tidak ingin membunuh sesama pihak pribumi. Setelah peperangan berakhir KH Zainal ditangkap dan diadili beliau dianggap salah oleh pihak Jepang dan akhirnya dihukum mati dengan cara dieksekusi pada tanggal 25 Oktober 1944 dan beliau dimakamkan di Taman Pahlawan Belanda yang berlokasi di Ancol. Namun, pada 25 Agustus makam beliau sempat dipindahkan ke Sukamanah.