12 Tokoh Pejuang Diberi Penghargaan di HUT ke-65 Riau

Konten Media Partner
9 Agustus 2022 15:27 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rapat Paripurna DPRD Riau dalam rangka peringatan Hari Jadi ke-65 Provinsi Riau (Bagus Pribadi/Selasar Riau)
zoom-in-whitePerbesar
Rapat Paripurna DPRD Riau dalam rangka peringatan Hari Jadi ke-65 Provinsi Riau (Bagus Pribadi/Selasar Riau)
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Dalam rangka HUT ke-65 Provinsi Riau, 12 tokoh pejuang Bumi Lancang Kuning diberi penghargaan dalam sidang paripurna DPRD Riau, pada Selasa, 9 Agustus 2022.
ADVERTISEMENT
Ketua DPRD Riau, Yulisman, mengatakan 12 tokoh pejuang Riau tersebut diberikan piagam penghargaan, medali, dan sagu hati. Penghargaan tersebut diterima secara simbolis oleh ahli waris para pejuang.
Berikut 12 tokoh pejuang Riau yang menerima penghargaan di hari jadi ke-65 Provinsi Riau:
Drs. H. Herman Abdullah MM. (1950-2022).
Herman Abdullah adalah sosok Wali Kota Pekanbaru yang banyak melakukan pembenahan pada masa pemerintahannya. Pekanbaru berhasil meraih Adipura sebanyak 7 kali. Meraih piala Wahana Tata Nugraha atau WT dan berhasil mengundang investor luar untuk berinvestasi di Pekanbaru.
Berkat prestasinya, beliau banyak mendapatkan penghargaan, antara lain Satya Lencana Pembangunan Presiden RI pada tahun 2005.
Letjen, TNI (Purn.) H. Sharwan Hamid (1943-2021)
Letjen TNI (Purn) H. Syarwan Hamid adalah seorang tokoh nasional, berasal dari Dusun Pusako, Siak, dengan latar belakang militer reformis. Beliau berhasil mengawal transisi orde baru ke era reformasi, berperan mewujudkan cikal bakal otonomi daerah dan mengawal terealisasinya pemilihan umum daerah pada saat mengemban jabatan Menteri Dalam Negeri RI.
ADVERTISEMENT
H. Datuk Haroen Syah (1905-1981)
H. Datuk Harun Syah adalah tokoh pejuang yang mengabdikan diri untuk mempertahankan kemerdekaan RI dan pembangunan Riau. Pengabdiannya tidak hanya di bidang politik dan pemerintahan saja, tetapi juga di bidang sosial dan budaya. Selain itu, ia juga salah seorang pendiri Lembaga Adat Melayu Riau.
Beliau juga pernah menjadi juru damai kerusuhan besar antara pribumi dan etnis Tionghoa di Bagansiapiapi. Pemindahan Ibukota Kabupaten Kampar dari Pekanbaru ke Bangkinang dan membuka Desa Gema di Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, adalah beberapa perjuangannya yang lain.
KH. Saidina Ali (1924-1992)
Kapten H. Saidina Ali, putra Teluk Kuantan ini merupakan pejuang dalam perang kemerdekaan pada 1945 sd 1949. Pada pasca pengakuan kedaulatan, beliau menjadi Wakil Bupati Militer di Indragiri dan mengabdi sebagai Kepala Jawatan Sosial di Indragiri dan Kampar hingga purna bakti.
ADVERTISEMENT
Peltu TNI. (Purn) Ali Usman (1927-1997)
Dalam masa purna bakti, sebagai veteran dan purnawirawan, Peltu TNI (Purn) Ali Usman tetap bersemangat dan tidak kenal lelah berjuang sebagai bagian dari masyarakat Kampar. Beliau dengan prinsip kebersamaan membangun aspek fisik dan mental spiritual masyarakat.
Syekh Umar (1869-1960)
Syekh Umar adalah tokoh ulama terkenal yang mengembangkan ajaran Islam dan kehidupan sosial kemasyarakatan di Dumai dan sekitarnya. Pengaruh dan popularitas beliau menyebar tidak hanya di dalam Kota Dumai, tetapi juga ke luar kota, bahkan hingga ke negeri jiran Malaysia.
Syekh Umar mewakafkan harta, pengetahuan dan tenaganya untuk masyarakat. Perkembangan Tarekat Naqsabandiah dan Masjid Baiturrahman, serta Jalan Syekh Umar merupakan sebagian kecil di antara bukti pengabdian dan perjuangannya untuk pengembangan kehidupan sosial keagamaan di Dumai.
ADVERTISEMENT
Drs. H. Abdul Rivaie Rachman (1934-2021)
Tokoh Riau yang berasal dari Indragiri Hulu, dikenal sebagai birokrat dan teknokrat yang berkompetensi, unggul, berkomitmen, berintegritas, sekaligus konsisten, dalam perjuangan untuk pembangunan Riau. Abdul Rivaie Rachman mengerjakan sesuatu yang benar untuk mencapai Riau gemilang dan terbilang.
Karena kemampuannya memahami dan mendalami persoalan birokrasi di Riau, beliau digelar Ensiklopedi Birokrasi Riau.
Syekh Mustafa Al - Khalidiyah Bin Mahrum Mohammad Baqir (1816-1886)
Ia adalah seorang ulama besar yang mengembangkan agama Islam dan membangun kehidupan masyarakat Pelalawan yang islami dan berkeadaban.
Wan Sukung Husein (1912-1993)
Ia merupakan seorang pejuang kemerdekaan, saudagar kaya yang dermawan dan peduli kepada masyarakat Selatpanjang.
Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan 1945 sebagai anggota Badan Penggerak Kemerdekaan di Selatpanjang, Wan Sukung Husein ditugaskan ke Pekanbaru untuk memastikan kebenaran soal Kemerdekaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Wan tidak hanya membantu mendirikan berbagai sekolah tetapi juga membangun usaha yang membuka lapangan kerja bagi masyarakat Selatpanjang.
Beras dan gula yang menjadi usaha dagangnya sering la bagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat yang tidak mampu. Wan Sulung juga mengetuai dan membantu mendanai Persatuan Sepak Bola (PSP) dan membuka perusahaan mesin listrik untuk membantu masyarakat sekitarnya.
HJ. Roslaini Ismail Suko (1938-2021)
Roslaini Ismail Suko adalah anugerah bagi Riau dan teladan terbaik bagi perempuan Riau. Perjalanan hidupnya diabdikan untuk keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Beliau berjuang aktif melalui wadah organisasi hingga bidang politik sebagai anggota DPRD dan sampai akhir hayat membangun masyarakat.
Syekh Abdurrahman Yaqub (1912-1970)
Ia adalah satu dari sekian banyak ulama Melayu-Riau yang memiliki kedalaman dan keluasan Ilmu agama. Pemikiran inovasi beliau tentang pendidikan tidak ubahnya seperti menggali mutiara yang terpendam. Beliau melahirkan sebuah potret pendidikan dalam pondok bentuk pesantren pendidikan yang dikemas madrasah. Suatu yang langka dilakukan pemikiran dan tindakan oleh tokoh pendidik pada zamannya
ADVERTISEMENT
K.H Imam Bulqin (1881-1974)
Ia adalah tokoh pendiri Desa Pasiran, Bantan Bengkalis. Beliau membangun daerah dan masyarakat, terutama dalam pengembangan agama Islam dan ilmu beladiri. Selain berjuang mengabdikan diri di bidang pendidikan dan sosial keagamaan, Imam Bulgin juga dikenal sebagai seorang ulama pejuang yang menentang kembalinya penjajahan Belanda.
Beliau membentuk laskar rakyat di Pasiran dan bergabung dengan TNI serta Laskar Sabah dari Pedelok. Imam Bulqin juga turut berjuang dalam perang basosoh pada tahun 1948 di Pedekik bersama Kyai M. Ikhsan.
LAPORAN: BAGUS PRIBADI