Konten Media Partner

Penjual Lontong Masih Trauma Dengar Deru Pesawat Melintas di Atas Rumah

17 Juni 2020 19:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PUING-puing pesawat tempur Hawk 209 usai terbakar dan hangus, Senin, 15 Juni 2020.
zoom-in-whitePerbesar
PUING-puing pesawat tempur Hawk 209 usai terbakar dan hangus, Senin, 15 Juni 2020.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Trauma mendalam masih dirasakan Jusniati, perempuan paruh baya, warga Komplek Permai Sialang Indah, Desa Kubang Jaya, Kabupaten Kampar, Riau.
ADVERTISEMENT
Setiap kali mendengar suara mesin pesawat tempur melintas di atap rumahnya, jantungnya berdegub kencang, lebih cepat, dari biasanya.
Trauma ini dirasakannya usai insiden jatuh dan terbakarnya pesawat tempur Hawk 209 milik TNI AU di perumahan tempat tinggal Jusniati, Senin pagi (15/6/2020), pukul 08.13 WIB.
"Setiap kali mendengar suara pesawat, jantung saya berdegup lebih cepat. Saya masih terbayang-bayang insiden kemarin itu," kata perempuan berhijab ini, Rabu (17/6/2020).
Upik, sapaan akrabnya, menceritakan, ia tinggal di perumahan itu sejak 1990 silam. Perumahan Upik memang berlokasi tidak jauh dari ujung landasan pacu Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
Bandara komersial dikelola PT Angkasa Pura II itu selama ini berbagi landasan pacu dengan Pangkalan Udara TNI AU (Lanud) Roesmin Nurjadin.
ADVERTISEMENT
Pangkalan militer tipe A di Sumatera itu diperkuat dua skadron tempur, Skadron 12 khusus pesawat Hawk dan Skadron 16 untuk F16, serta Skadron Teknik (Skatek).
Upi mengatakan, hampir setiap 30 menit hingga satu jam sekali, ia pasti mendengar suara pesawat terbang atau mendarat.
Baik itu pesawat militer, tempur maupun Hercules serta penerbangan sipil. Selama ini, tuturnya, ia dan warga sekitar sudah bersahabat dengan suara pesawat menggelegar terbang di atas atap rumah mereka.
Namun, sejak awal pekan ini, Senin lalu, Upik trauma kala mendengar deru mesin burung besi tersebut.
Kondisi ini semakin diperparah ia menjadi saksi mata jet tempur terbang tanpa awak setelah pilot Lettu Pnb Aprianto Ismail melompat keluar kokpit menggunakan kursi lontar.
ADVERTISEMENT
Upik mengatakan, pesawat terbang tak beraturan dan terlihat asap pada bagian ekor.
"Untung saja pesawat itu tidak jatuh menimpa rumah saya, melainkan jatuh di sana, di rumah bagian ujung. Rumah itu kosong. Saya sangat bersyukur tidak ada korban jiwa di komplek kami," ujarnya.
Sebelum pesawat itu jatuh, ceritanya, ia sempat melihat burung besi buatan Inggris tahun 1990 itu, terbang cukup rendah, sekitar 15 meter di atas permukaan tanah. Awalnya, pesawat mengarah ke kediamannya.
"Saat itu saya sedang jualan lontong. Tiba-tiba pelanggan saya berteriak ada pesawat terbang rendah ke arah rumah saya. Sebelum jatuh pesawat itu berubah arah ke kanan. Sementara pilot jatuh di sana, ujung pohon rambutan," tuturnya seraya menunjuk ke arah barat sekitar 300 meter dari rumahnya.
ADVERTISEMENT
Bangkai pesawat Hawk sudah dievakuasi ke Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru.
"Evakuasi pesawat mungkin masih ada beberapa hari, kita masih akan melakukan investigasi," kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, kala itu, Senin.