Konten dari Pengguna

3 Tradisi Nyepi di Bali yang Menjadi Atraksi dan Boleh Disaksikan oleh Wisatawan

Seputar Bali
Mengulas serba serbi kota Bali, mulai dari pariwisata hingga budayanya.
10 Maret 2024 6:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Bali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tradisi Nyepi di Bali. Sumber: Unsplash/Ruben Hutabarat
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Nyepi di Bali. Sumber: Unsplash/Ruben Hutabarat
ADVERTISEMENT
Tradisi Nyepi di Bali telah lama menjadi atraksi tersendiri bagi para wisatawan yang tertarik dengan kekayaan budaya pulau tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu perayaan Hindu terbesar di Bali, Nyepi tidak hanya menjadi momen keagamaan. Namun, juga menjadi atraksi budaya yang menarik perhatian wisatawan dari berbagai belahan dunia.
Di tengah kemegahan upacara-upacara yang dipenuhi dengan kekayaan simbolik dan spiritual, terdapat tiga tradisi Nyepi yang secara khusus menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin merasakan keunikan dan keindahan Bali.

3 Tradisi Nyepi di Bali yang Menarik untuk Disaksikan

Tradisi Nyepi di Bali. Sumber: Unsplash/Hakan Nural
Dikutip dari kemenparekraf.go.id, salah satu tempat di Indonesia yang paling identik dengan perayaan Nyepi adalah Bali. Perayaan Nyepi di Bali dianggap sebagai momen terbaik untuk melihat sisi lain Pulau Dewata yang tak pernah sepi.
Setidaknya ada 3 tradisi Nyepi di Bali yang bisa disaksikan oleh wisatawan, dan menjadi daya tarik tersendiri, selama tidak mengganggu pelaksanaan prosesi yang sedang berlangsung.
ADVERTISEMENT

1. Upacara Melasti

Upacara Melasti, juga dikenal sebagai Melis atau Mekiyis, dilaksanakan dua hingga tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi. Acara ini menarik minat banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, yang tertarik menyaksikannya.
Umat Hindu di Bali akan melakukan arak-arakan dengan mengenakan busana adat sambil membawa sesaji, membuat suasana menjadi semakin meriah. Selama Upacara Melasti, segala alat persembahyangan dari pura atau tempat-tempat suci diarak menuju pantai atau danau, untuk dibersihkan.
Hal ini terkait kepercayaan umat Hindu bahwa laut dan danau dianggap sebagai sumber air suci, atau tirta amerta, yang diyakini mampu membersihkan segala kotoran, baik dalam diri manusia maupun alam.

2. Pengrupukan

Umat Hindu di Bali melakukan tradisi pengrupukan dengan upacara mecaru. Mereka akan menyebar nasi tawur, mengobori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburkan mesiu ke rumah dan pekarangan, serta memukul benda-benda seperti kentongan hingga menimbulkan suara ramai.
ADVERTISEMENT
Di Bali khususnya, tradisi ini dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang melambangkan Buta Kala. Ogoh-ogoh akan diarak keliling lingkungan sebelum kemudian dibakar.
Keberadaan arak-arakan ogoh-ogoh ini sangat menarik minat wisatawan menjelang Hari Raya Nyepi, menjadikannya sebagai daya tarik tersendiri dalam tradisi Nyepi di Bali.

3. Pencaruan

Tradisi pencaruan adalah bagian tak terpisahkan dari rangkaian perayaan Nyepi di Bali. Sehari sebelum Nyepi, wisatawan berkesempatan untuk menyaksikan upacara Buta Yadnya.
Upacara ini dilakukan di berbagai tingkatan masyarakat, dimulai dari tingkat keluarga hingga tingkat kecamatan. Dalam pelaksanaannya, masyarakat berpartisipasi dengan menyajikan jenis-jenis caru, yaitu sesajian sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Tradisi ini merupakan bagian penting dari upaya membersihkan dan mempersucikan diri serta lingkungan sebelum memasuki masa keheningan selama Nyepi.
ADVERTISEMENT
Setelah melakukan deretan ritual dan tradisi Nyepi di Bali di atas, umat Hindu akan memasuki masa penyepian, untuk memenuhi Catur Brata.
Di saat ini, wisatawan diminta untuk tidak melakukan kegiatan di luar rumah dan menjauhi keramaian. Akan lebih baik lagi jika wisatawan ikut memanfaatkan hari tersebut untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. (CR)