Konten dari Pengguna

Desa Tenganan Pegringsingan, Desa kuno Pra-Majapahit yang Unik dan Khas

Seputar Bali
Mengulas serba serbi kota Bali, mulai dari pariwisata hingga budayanya.
10 Februari 2024 14:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Bali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Desa Tenganan Pegringsingan. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya. Sumber: https://unsplash.com/
zoom-in-whitePerbesar
Desa Tenganan Pegringsingan. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya. Sumber: https://unsplash.com/
ADVERTISEMENT
Desa Tenganan Pegringsingan merupakan destinasi budaya khususnya terkait kebudayaan Bali Pra-Majapahit. Di sini terdapat pesona alam perbukitan dengan hutan adat yang lestari dan areal persawahan yang luas mengapit sungai dengan air yang jernih.
ADVERTISEMENT
Di desa ini juga memiliki atraksi budaya yang sangat menarik dan unik yaitu Tradisi Perang Pandan. Selain itu terdapat juga kerajinan Tenun Gringsing yang langka karena hanya terdapat tiga tempat saja.

Daya Tarik Desa Tenganan Pegringsingan

Desa Tenganan Pegringsingan. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya. Sumber: https://unsplash.com/
Desa Tenganan Pegringsingan lebih dikenal sebagai Desa Bali Aga yang berarti desa tua. Kehidupan masyarakat di Desa ini berbeda dengan desa yang lainnya. Masyarakat desa di sini mencerminkan kebudayaan dan adat istiadat desa Bali Aga (pra-Hindu).
Salah satu daya tarik Desa ini adalah tradisi perang pandan yang akrab disebut mekaré-karé. Mekaré-karé merupakan merupakan bagian puncak dari prosesi rangkaian upacara Ngusaba Sambah yang digelar setiap bulan Juni dan berlangsung selama 30 hari.
Dalam satu bulan tersebut, mekaré-karé berlangsung sebanyak 2 sampai 4 kali. Setiap kali digelar, masyarakat setempat akan menghaturkan sesajen atau persembahan kepada para leluhur. Mekaré-karé diikuti oleh para lelaki dari anak-anak sampai orang tua.
ADVERTISEMENT
Keunikan lain dari desa ini adalah kerajinan tangan tenun double ikat kain Gringsing. Kata Gringsing sendiri berasal dari kata "gering" yang berarti sakit atau musibah, dan "sing" yang artinya tidak. Maka "Gringsing" dapat diartikan sebagai penolak bala.
Harga kerajinan ini cukup mahal karena proses pembuatannya yang sangat unik dan memakan waktu yang lama hingga 3 tahunan. Hal inilah yang membuat keberadaannya menjadi langka dan harganya mahal.

Lokasi, Fasilitas, dan Tarif Wisata Desa Tenganan Pegringsingan

Desa Tenganan Pegringsingan. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya. Sumber: https://unsplash.com/
Dikutip dari web resmi pemerintah kabupaten karangasem, http://v2.karangasemkab.go.id/ desa ini terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali. Lebih tepatnya berjarak sekitar 17 km dari Kota Amlapura dan 65 km dari Kota Denpasar.
Tarif untuk berwisata ke Desa ini sebesar Rp20.000. Pengunjung juga dapat mengambil paket tour keliling desa seharga Rp250.000.
ADVERTISEMENT
Fasilitasnya akan diajak berkeliling area pemukiman desa sambil diceritakan konsep dan filosofi bentuk serta penataan bangunan tradisional. Pengunjung juga diajak menyaksikan secara langsung pelaksanaan upacara adat desa yang unik.
Pengunjung dapat terlibat dalam proses pembuatan kerajinan tenun, menulis di daun lontar, dan mencoba pakaian tradisional untuk kemudian diabadikan dalam foto. Sebagai tambahan, akan disajikan makan siang dengan bahan-bahan lokal yang menggugah selera.
Pengunjung juga dapat membayar paket trekking seharga Rp250.000 dan melihat proses pengolahan lahan pertanian secara tradisional. Tak hanya itu, nantinya juga dijelaskan adanya larangan menjual tanah kepada penduduk dari luar desa sebagai aturan adat.
Di dalam area hutan adat, pengunjung akan dikenalkan dengan berbagai flora sambil berjalan menyusuri jalan setapak. Bagi pengunjung yang ingin kain Gringsing, kain ini dihargai mulai dari Rp250.000 tergantung motif dan kesuilitan pembuatan kain.
ADVERTISEMENT
Demikian informasi lengkap Desa Tenganan Pegringsingan yang merupakan desa kuno dengan keunikannya tersendiri. Dengan mengunjungi desa ini dapat pengunjung menambah wawasan terkait kebudayaan Bali khususnya kebudayaan Pra-Majapahit. (SAN)