Mengenal Konsep Arsitektur Bali Tradisional dan 7 Filosofinya

Seputar Bali
Mengulas serba serbi kota Bali, mulai dari pariwisata hingga budayanya.
Konten dari Pengguna
27 Maret 2024 10:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Bali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Arsitektur Bali. Sumber: Unsplash/Komang Gita Krishna Murti
zoom-in-whitePerbesar
Arsitektur Bali. Sumber: Unsplash/Komang Gita Krishna Murti
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Arsitektur Bali tradisional lebih dari sekadar gaya bangunan. Di dalamnya, terdapat filosofi dari kebudayaan dan kehidupan masyarakat Bali yang kental akan tradisi dan agama. Dikutip dari simdos.unud.ac.id, gaya ini tidak hanya fokus pada estetika semata, tetapi juga pada bagaimana bangunan dapat menyatu dengan alam, spiritualitas, dan kebudayaan setempat.
ADVERTISEMENT
Lewat pandangan ini, bangunan di Bali dirancang untuk menciptakan harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.

7 Filosofi dalam Arsitektur Bali Tradisional

Arsitektur Bali. Sumber: Unsplash/Krisna Yuda
Di balik keindahan arsitektur Bali, terdapat tujuh filosofi yang menjadi dasarnya. Filosofi-filosofi ini mengatur segala aspek mulai dari pemilihan lokasi, orientasi bangunan, hingga pemilihan material dan ornamen.

1. Tri Hita Karana

Tri Hita Karana adalah pandangan dari Bali tentang arsitektur bangunan yang mengutamakan keseimbangan. Terdapat tiga elemen penting yang harus diharmonikan, yakni manusia dan alam sekitar, manusia dengan kekuatan spiritual, dan hubungan antar manusia. Konsep ini tidak hanya tentang bangunan fisik, tapi juga tentang memperkaya kesejahteraan dalam kehidupan.

2. Tri Mandala

Tri Mandala merupakan cara khas Bali dalam mengatur ruang berdasarkan tiga zona alam: alam manusia, alam bawah, dan alam dewa. Cara ini memandu penataan rumah dengan menempatkan fungsi ruangan berdasarkan zonanya.
ADVERTISEMENT
Di bagian depan, atau Nista Mandala, ruangan digunakan untuk aktivitas harian. Bagian tengah, Madya Mandala, diperuntukkan bagi ruang keluarga dan tempat makan. Sedangkan bagian belakang, Utama Mandala, diperuntukkan bagi kegiatan ibadah dan menyimpan barang-barang berharga.
Konsep ini menekankan pada pemisahan ruang sesuai dengan tingkat kesuciannya dan fungsi penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Sanga Mandala

Sanga Mandala merujuk pada ide arsitektur dari Bali yang berfokus pada sembilan arah mata angin, termasuk orientasi dari gunung ke laut dan dari terbitnya sampai terbenamnya matahari.
Pendekatan ini sangat penting dalam menentukan letak tempat suci dan susunan bangunan di Bali. Selain itu, Sanga Mandala juga mempertimbangkan empat elemen dasar—bumi, air, api, dan udara—dalam mengatur ruangan.

4. Tri Angga

Filosofi Tri Angga mengajarkan tentang tiga bagian tubuh manusia: kepala, badan, dan kaki. Filosofi ini mencerminkan tiga tingkat keberadaan: tingkat tertinggi, menengah, dan terendah.
ADVERTISEMENT
Konsep ini melukiskan bagaimana segala sesuatu tersusun, dari yang kecil atau pribadi, ke wilayah yang lebih luas, hingga ke keseluruhan alam semesta. Cara ini merupakan cara untuk memandang struktur dan hubungan antara berbagai aspek kehidupan.

5. Tri Loka

Tri Loka mengajarkan tentang tiga dunia: alam bawah, alam tengah, dan alam atas. Ini berkaitan dengan tiga zona geografis: gunung sebagai zona tertinggi, daratan sebagai zona menengah, dan lautan sebagai zona terendah.
Pandangan ini memandu pemilihan material dan hiasan dalam arsitektur Bali, memastikan bahwa setiap elemen mencerminkan hubungan antara lingkungan fisik dan konsep spiritual. Ini menunjukkan bagaimana alam dan budaya berinteraksi untuk menciptakan lingkungan yang harmonis.

6. Asta Kosala Kosali

Asta Kosala Kosali adalah kumpulan prinsip dalam desain arsitektur Bali yang mencakup delapan area penting: bentuk, ukuran, posisi, arah, layout, warna, hiasan, dan material. Prinsip-prinsip ini memandu bagaimana sebuah bangunan harus dirancang.
ADVERTISEMENT
Dengan prinsip ini, arsitektur bangunan di Bali sering kali mengambil inspirasi dari bentuk tubuh manusia, terutama dari orang yang akan tinggal atau memiliki bangunan tersebut. Ketentuan ini sangat penting untuk memastikan bahwa setiap struktur, baik itu rumah tinggal atau tempat ibadah, menciptakan keselarasan antara penghuninya, lingkungan alam, dan dunia spiritual.

7. Arga Segara

Arga Segara atau Kaja-Kelod adalah cara pendekatan dalam arsitektur Bali yang berfokus pada orientasi berdasarkan arah mata angin, khususnya dari gunung menuju laut atau dari utara ke selatan.
Dalam pandangan ini, gunung dianggap sebagai tempat suci tempat para dewa berdiam, sedangkan lautan dianggap sebagai rumah bagi makhluk-makhluk laut yang sering dilihat sebagai entitas negatif. Area dataran di tengah dianggap sebagai ruang kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
Pendekatan ini sangat memengaruhi bagaimana dan di mana sebuah bangunan harus ditempatkan, dengan tujuan menciptakan harmoni dan keseimbangan dengan alam sekitar.
Demikian perkenalan dengan prinsip arsitektur Bali tradisional. Dengan mengenal dan memahami ketujuh filosofi di atas, diharapkan siapa pun dapat lebih mengapresiasi nilai dan makna yang terkandung dalam setiap sudut arsitektur Bali yang unik dan memesona. (CR)