Konten dari Pengguna

Sejarah Museum Pos Indonesia di Bandung yang Dulunya Bernama Museum PTT

Seputar Bandung
Menyediakan informasi serba serbi Bandung, mulai dari travel, kuliner, sejarah, dan lainnya.
16 Februari 2024 15:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Bandung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejarah Museum Pos Indonesia. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya. Sumber: Pexels/Vija Rindo Pratama
zoom-in-whitePerbesar
Sejarah Museum Pos Indonesia. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya. Sumber: Pexels/Vija Rindo Pratama
ADVERTISEMENT
Museum Pos Indonesia merupakan salah satu museum bersejarah di Bandung yang berdiri sejak masa penjajahan Hindia Belanda, tepatnya pada tahun 1920. Museum ini menjadi tempat yang edukatif untuk dikunjungi. Mengetahui sejarah Museum Pos Indonesia tentu menjadi hal yang menarik.
ADVERTISEMENT
Museum ini tidak hanya mengoleksi prangko dari dalam maupun luar negeri. Namun, juga ada koleksi timbangan surat, informasi tentang perkembangan pos di Indonesia, serta koleksi lukisan yang menggambarkan sejarah pos Indonesia.

Sejarah Museum Pos Indonesia di Bandung

Sejarah Museum Pos Indonesia. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya. Sumber: Pexels/Riccardo
Museum Pos Indonesia di Bandung dulunya bernama Museum PTT (Pos Telegrap dan Telepon). Museum ini dibuka pada tahun 1931, di bagian sayap kanan bawah Gedung Kantor Pusat PTT, Jalan Cilaki, nomor 55, (sekarang No. 73), Bandung 40115.
Pada saat terjadinya peristiwa perang dunia ke II, museum ini nyaris tak terurus dan hampir terlupakan. Sehingga timbul gagasan untuk membuat museum pos dan giro dengan dikumpulkannya benda-benda bersejarah oleh direksi perum pos dan giro pada tahun 1980.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 27 September 1982, bertepatan dengan peresmian penerapan sistem kode pos Indonesia, para panitia berhasil mengumpulkan benda-benda bersejarah terkait pos dan surat menyurat kemudian dipamerkan dalam bentuk suatu pameran pos dan giro.
Lalu, pada tahun berikutnya, yakni pada tanggal 27 September 1983, bertepatan dengan hari Bakti Postel ke-38, Menteri Pariwisata mengubah nama museum Pos Telegrap dan Telepon menjadi Museum Pos dan Giro.
Kemudian pada tanggal 20 Juni 1995, nama Museum Pos dan Giro kembali diubah menjadi Museum Pos Indonesia, di mana nama tersebut masih digunakan sampai sekarang.

Lokasi, Jam Buka, dan Koleksi yang Ada di Museum Pos Indonesia

Sejarah Museum Pos Indonesia. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya. Sumber: Unsplash/Amy-Leigh Barnard
Saat ini Museum Pos Indonesia berlokasi di Jalan Cilaki No. 73 Bandung , Jawa Barat. Gedung ini mempunyai luas sebesar 700 meter persegi, yang berdiri tegak di atas tanah seluas 706 meter persegi.
ADVERTISEMENT
Bangunan museum ini memiliki tampilan yang mengadopsi arsitektur khas italia pada masa Renaissance. Arsitektur yang merancang gedung ini adalah Ir. J. Berger dan Leutdsgebouwdienst.
Museum Pos Indonesia buka setiap hari Senin-Sabtu, sementara untuk hari Minggu dan hari besar lainnya tutup. Untuk jam bukanya dimulai Senin-Jumat dibuka dari mulai pukul 09.00-15.00 WIB. Sementara untuk hari sabtu dimulai pukul 09.00-13.00 WIB.
Museum ini banyak mengoleksi benda-benda bersejarah dengan nilai sejarah yang tinggi. Sejauh ini ada tiga tema besar yang dikoleksi oleh Museum Pos Indonesia, yakni koleksi sejarah, koleksi filateli, dan koleksi peralatan pendukung layanan pos.
Total perangko yang dimiliki oleh museum ini adalah 131 juta keping, dan memiliki 200 koleksi peralatan surat menyurat yang berupa timbangan paket, alat cetak prangko, surat-surat berharga, armada pengatar surat, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, terdapat pula koleksi surat-surat berharga yang ditulis dari zaman Raja Nusantara yang berharga. Semua benda yang dipamerkan di museum ini merupakan koleksi dari peninggalan zaman kolonial sampai tahun 2000.
Museum Pos Indonesia di Bandung telah menjadi salah satu museum populer yang wajib untuk dikunjungi, sebagai tempat rekreasi pilihan yang edukatif. Selain karena tempatnya memiliki banyak cerita bersejarah, tempat ini juga dibuka gratis untuk umum. (LMI)